Apakah yang Sudah Sembuh dari Corona Juga Wajib Divaksinasi Covid-19? Temukan Jawabannya di Sini

- 20 Desember 2020, 10:43 WIB
Ilustrasi vaksin Corona.
Ilustrasi vaksin Corona. /Pikiran-rakyat.com/Armin Abdul Jabbar/

CERDIKINDONESIA - Koordinator Tim Pakar sekaligus juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan para penyintas COVID-19 atau orang-orang yang telah sembuh dari penyakit itu tetap harus memroteksi diri dengan vaksin.

"Prinsip kehati-hatian termasuk yang sudah terkena jangan merasa sudah punya antibodi maka sudah bebas dari COVID-19, tidak bisa seperti itu," kata dia dalam diskusi virtual dengan tema "Napas Panjang Penanganan COVID-19" yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Baca Juga: Jokowi Pertama Kali Divaksinasi Covid-19, La Nyalla: Presiden Menjawab Langsung Tantangan

Baca Juga: Selain Jokowi, Koalisi Relawan IDI Siap Divaksinasi Covid-19 Pertama Kali

Baca Juga: Masih Ada Kontra, Presiden Joko Widodo Harap Semua Masyarakat Mau Divaksinasi Covid-19

Oleh karena itu, lanjut dia, setiap individu baik penyintas maupun tidak tetap harus mengutamakan prinsip kehati-hatian dengan penerapan protokol kesehatan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, mMenjaga jarak ) dan suntik vaksin bila telah disetujui BPOM dan MUI.

Secara teori orang-orang yang telah sembuh dari suatu penyakit maka akan timbul antibodi atau imunitas yang kuat dari sebelumnya.

Baca Juga: Justin Bieber Donasikan Keuntungan Lagu Holy untuk Petugas Medis Covid-19

Baca Juga: Jadi Prioritas Penerima Vaksin Covid-19, Atlet Khawatir Ada Zat Doping

Baca Juga: Enam ASN Positif Covid-19, PN Jaksel Tetap Buka Layanan Terbatas

Namun, kata dia, yang perlu digarisbawahi ialah imunitas dan tingkat penyakit yang diderita seseorang juga berbeda-beda. Artinya, ada imunitas yang terbentuk untuk waktu lama maupun pendek.

"Khusus untuk COVID-19 kita belum tahu karena baru," ujar dia.

Pada kesempatan itu, Wiku mengatakan pandemi COVID-19 merupakan sebuah kejadian yang berulang di mana flu Spanyol juga pernah ikut mewabah hingga ke Hindia Belanda dengan korban jiwa yang jauh lebih banyak.

Baca Juga: Semangat Korupsi Ada di Setiap Orang, Mahfud MD Perintahkan Satgas Saber Pungli Tetap Ada

Baca Juga: Harga Tertinggi Rapid Tes Antigen Swab Rp250 Ribu di Pulau Jawa dan Rp275 Ribu di Luar Jawa

Penyakit infeksi yang berulang tersebut terjadi karena ketidakseimbangan alam. Banyak penyakit infeksi yang terjadi pada hewan kemudian menular pada manusia akibat interaksi.

Berkaca dari pengalaman flu Spanyol dan pandemi COVID-19, masyarakat diminta untuk belajar agar menjaga keseimbangan tadi. Sebab, jangan sampai tenaga medis dan sebagainya kehabisan energi sementara perilaku masyarakat tidak berubah, demikian Wiku Adisasmito.

Editor: Shela Kusumaningtyas

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x