Bahaya! Ternyata Anak Pengidap Kelainan Genital Hipospadia Tak Boleh Disunat, Berikut Penjelasannya

- 4 Juni 2021, 19:42 WIB
Ilustrasi: Apa itu Hipospadia
Ilustrasi: Apa itu Hipospadia /Clker-Free-Vector-Images/ PIxabay/Pixabay


CERDIKINDONESIA- 
Hipospadia adalah suatu kelainan yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) bayi laki-laki menjadi tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Pada kondisi normal, uretra terletak tepat di ujung penis. Akan tetapi, pada bayi dengan hipospadia, uretra berada di bagian bawah penis. Jika tidak ditangani, penderita hipospadia bisa kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa.

Sunat atau khitan bagi laki-laki memiliki berbagai manfaat, tapi prosedur ini tidak boleh dilakukan bila anak mengalami hipospadia, kata dr. Arry Rodjani, Sp.U (K) dari Divisi Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo seperti dikutip dari laman resmi Antara, jum'at 4 Juni 2021.

Baca Juga: Amasya Anggraini Manganang Juga Idap Hipospadia dan Akan Jalani Operasi Korektif Seperti Aprilia Adiknya

Dikutip dari laman Antara, "Penting disadari oleh orangtua untuk tidak mengkhitan anak dengan hipospadia karena kulit kulup yang ada akan digunakan untuk jaringan pembuatan saluran kemih," jelas Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI.

Idealnya, pasien hipospadia dioperasi antara usia 6-24 bulan. Pada rentang usia itu, proses pemulihan berlangsung lebih cepat.

Operasi rekonstruksi pada penderita hipospadia bertujuan untuk fungsional dan kosmetik. Fungsional, artinya pasien diharapkan bisa memiliki penis lurus ketika ereksi.

"Agar ketika dewasa aktivitas seksualnya tidak terganggu, jika bengkok aktivitas seksual akan terganggu."

Selain itu lubang saluran kemih dibuatkan sampai mendekati ujung penis. Dengan demikian, pasien bisa buang air kecil dengan aliran urine lurus ke depan saat posisi berdiri.

"Kalau anak berdiri, dia bisa pipis ke arah depan, tidak membasahi celananya."

Perbaikan itu tak cuma mempengaruhi masalah buang air kecil, tetapi juga aktivitas seksual. Jika saluran kencing ada di bagian depan, pasien takkan bermasalah dalam hal ejakulasi dan bisa membuahi sel telur.

Baca Juga: Terungkap! Hipospadia Dari Sisi Islam Dan Medis, Kondisi Medis Yang Diidap Atlet Voli Aprilia Manganang

"Kalau saluran kencing tidak di depan, kalau ejakulasi tidak bisa sampai ke dalam vagina," jelas dia.

Operasi rekonstruksi dengan tujuan kosmetik dilakukan agar tampilan penis tampak seperti penis normal yang sudah disunat.

Operasi dalam kasus hipospadia bisa selesai dalam satu tahap, tapi bisa juga baru rampung setelah beberapa tahap tergantung dari tingkat kesulitan yang dihadapi. Ketika ditangani sejak dini, pasien diharapkan sudah selesai menjalani prosedur operasi saat berusia dua tahun.

Di sisi lain, dia juga menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi dari operasi untuk kasus hipospadia. Di antaranya adalah meatal stenosis, yakni penyempitan pada saluran yang dibuat. Ada juga risiko kebocoran saluran kencing atau fistula uretrokutan.

"Tapi dengan teknik operasi yang baik, bisa kita perbaiki enam bulan setelah operasi sambil menunggu jaringan sembuh, baru ditutup."

Risiko komplikasi lainnya kurvatur, atau penis yang bengkok. Namun bila kelengkungannya tidak mengganggu fungsi, termasuk aktivitas seksual, dia mengatakan revisi tidak diperlukan.

Baca Juga: Mengenal Hipospadia Kondisi Medis Yang Dialami Aprilia Manganang, Dari Tinjauan Syariat Islam dan Medis

Faktor risiko

Seperti pada penjelasan sebelumnya, jika Hipospadia merupakan kelainan pada lubang kencing anak laki-laki. Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara abnormal pada minggu ke 8-14 kehamilan. Hipospadia memiliki beberapa tingkatan, yaitu hipospadia yang ringan yang baru diketahui saat anak akan menjalani sirkumsisi dan ada kasus dengan tingkatan yang lebih parah dan dapat terlihat pada saat pemeriksaan fisik.

kelainan ini merupakan kasus kelainan genital yang sering ditemukan. Angka kejadian hipospadia berkisar 1 dari 200-300 kelahiran bayi laki-laki. Hipospadia terjadi akibat terganggunya pembentukan kelamin saat pertumbuhan janin. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun menyebabkan gangguan saat berkemih.

Faktor risiko yang berhubungan dengan hipospadia biasanya disebabkan karena genetik, kondisi plasenta (ari-ari ibu), dan lingkungan. Selain itu, kelainan pada endokrin serta bayi yang berat badan lahirnya rendah juga merupakan salah satu faktor terjadinya kasus hipospadia.

Baca Juga: Hipospadia Dalam Tinjauan Syariat Islam dan Medis, Kondisi Medis yang Diidap Mantan Atlit Aprilia Manganang

Seperti yang telah diwartakan oleh Antara, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan lingkungan, makanan dan minuman atau obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama kehamilan juga berkontribusi sebagai faktor risiko. Risiko hipospadia juga lebih tinggi pada perempuan yang hamil lewat bantuan teknologi reproduksi, serta mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan.

Angka kejadian disinyalir lebih sering terjadi akhir-akhir ini yang diduga disebabkan faktor polusi udara, penggunaan insektisida pada bahan-bahan makanan, penggunaan kosmetik saat kehamilan dan zat-zat lain yang dapat mengganggu sistem endokrin saat kehamilan sebagai penyebab terjadinya hipospadia.

Pada umumnya, kelainan ini mudah didiagnosis saat bayi lahir, kecuali varian tertentu.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x