Komunitas Teater Perempuan Biasa Soroti Kepemimpin Para Perempuan, Ini Bahasannya

- 16 Oktober 2020, 20:18 WIB
Deretan nama perempuan yang dikagumi di Indonesia dan luar negeri./unggahan Twitter/@narasitv/
Deretan nama perempuan yang dikagumi di Indonesia dan luar negeri./unggahan Twitter/@narasitv/ /

CerdikIndonesia - BAHAS KEMIMPINAN PEREMPUAN, KOMUNITAS TEATER PEREMPUAN BIASA GELAR LIVE STREAMIING DI INSTAGRAM.

Kupang- Komunitas Tearter Perempuan Biasa membahas stereotipe kepemimpinan perempuan bersama Katarina Lamablawa selaku ketua umum organisasi lokal mahasiswa yaitu Angkatan Muda Adonara (AMA)-Kupang periode 2019/2020 di live streaming sore ini. (Kamis,15/10/2020)

     Baca Juga: Hamzah Haz Dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto, Begini Kondisinya!

                 

Kegiatan yang dimulai pukul 15:30 ini bersifat terbuka kepada semua kalangan dan pengguna instagram diperbolehkan mengikuti kegiatan tersebut yang tidak dibatasi secara khusus.

Diskusi yang dinaungi oleh Komunitas Teater Perempuan Biasa ini pun dibuka dengan saling sapa menyapa antar pemateri dengan penonton. kemudian disusul pertanyaan-pertanyaan dari host Ellen Ellena yang merupakan anggota dari Komunitas Teater Perempuan Biasa maupun pertanyaan dari para penonton yang terlibat sore itu.

Katarina Lamablawa menerangkan bahwa hal-hal natural atau bawaan secara adat apalagi adat istiadat Adonara masih tetap dilanggengkan. Misalkan ketika akan mnegadakan suatu kegiatan kemudian harus menyimpan makanan di pojok kamar untuk para leluhur itu harus permpuan atau hal-hal tertentu lainnya yang secara adat harus perempuan atau harus laki-laki yang melakukan itu.

Baca Juga: Ganjar Dukung PRPP Jadi Perseroda, Apa Alasannya?

“Saya tidak bisa mengklaim bahwa perempuan lebih hebat memimpin walaupun mungkin ada studi yang mengatakan itu tapi secara pribadi, semua kembali ke cara kepemimpinannya masing-maing orang jika ia bisa menahkodai organisasi atau komunitasnya berdasarkan kecakapannya”. tambah ketua uumu AMA-Kupang itu.

Sebelum mengungkapkan gaya kepemimpinannya sebagai Ketua AMA-Kupang Katarina terlebih dahulu mengatakan bahwa terjadi kejutan budaya di organisasi yang dipimpinnya itu.

Baca Juga: Dubes Slovakia Terpikat Mebel Jepara, Ini Awal Mulanya!

“Gaya kepemimpinan yang saya terapkan itu terlebih dahulu saya mau bilang kalau ada kejutan budaya didalamnya. Jelas. Karena selama ini yang memimpin selalu laki-laki apalagi bagi orang Adonara lebih cenderung untuk mendengar laki-laki tetapi kemudian munculah perempuan yang jadi pemimpin dan dituntut untuk didengarkan, jujur berat mungkin karena masih merasa nyaman dengan pemimpin laki-laki selama ini, but i just try what can i do for AMA-Kupang. Saya melakukan pendekatan sebagai seorang perempuan perbanyak komunikasi internal dari hati ke hati entah ada hati yang terbuka untuk mendengarkan atau tidak tapi memang banyak hati yang belum terbuka alasannya adalah karena belum siap dengan kepemimpinan seorang perempuan bahkan sampai hampir habis usia kepempimpinan saya.” Terang Ketua umum perempuan pertama di AMA-Kupang itu.

Baca Juga: Harga Jual Tembakau Anjlok, Bupati Temanggung Berharap Kenaikan Cukai Tidak Terlalu Tinggi

“Saya tidak ingin memperhitungkan apa yang saya buat, saya hanya mengharapkan itu sebagai bukti gelekat atau pengabdian saya kepada AMA-Kupang. Seperti apa pun  bentuk pengabdian kita jika kita datang hanya untuk kejar popularitas, hanya untuk supaya orang puji kita bisa memimpin apalagi perempuan pertama di AMA-Kupang itu hanyalah kesia-siaan belaka.”tutur katarina menyambung

Perempuan yang berasal dari pulau Flores Timur itu juga menjawabi pertanyaan penonton. “sebenarnya semua bisa memimpin kalo yang pertama-tama itu kita bisa memimpin diri kita sendiri. Saya masih belum bisa menepuk dada bahwa sudah bisa jadi pemimpin yang baik. Karena bagaimanapun seorang pemimpin berusaha menjadi yang terbaik tetapi tidak bisa mencapai ekspetasi dari orang-orang terhadap kita sebagai pemimpin makanya pengabdian itu harus lahir dari hati biar bisa menerima itu.”

Baca Juga: Mendikbud Ucapkan Selama kepada yang Lolos Guru Penggerak, Ini Pembelajaran untuk Berbenah!

Katarina juga mengaku bahwa dirinyapun pernah merasa enggan ketika mencalonkan diri jadi ketua.

“Nyali saya sempat ciut karena saya sendiri adalah perempuan, dan itu tidak bisa dipungkiri kalo itu dipengauruhi oleh lingkungan. Misalkan saat makan harus laki-laki lebih dulu, seakan-akan perempuan adalah manusia kelas 2. Secara spontan merasa tidak pantas karena ada laki-laki yang juga mencalonkan diri sementara saya sendiri perempuan.” Imbuh katarina

“Berhentilah menciptakan stigma bahwa yang bisa memimpin hanya laki-laki. Tidak. Perempuan juga bisa. Buktikan sekecil apapun itu. Akan ada perubahan meski Cuma 1 atau 2 orang. Misalkan baru-baru ini saya membuat keputusan penerimaan anggota baru kali ini briefing lapangan ditiadakan meski jelas bnayak yang kontra tapi akhirnya setelah dijalankan diakui juga bahwa ada perubahan dari itu, peserta jadi lebih terbuka dengan apa yang diinginkan, lebih menikmat kegiatan, lebih terbangun hubungan kakak ade bukan senioritas junioritas.” Pesan katarina

Baca Juga: Lagu Davichi Judulnya Sunset

Kegiatan diskusi itupun ditutup dengan pernyataan penutup dari katarina ketika memilih pemimpin.

“Bandingkan kecakapannya bukan dari jenis kelamin karena parameternya bukan dari jenis kelamin tapi dari kecakapannya. Value kita terukur dari action bukan dari identitas gendernya. Bukti yang membuat kita buka mata adalah seorang pejabat publik di maumere yang merupakan seorang transgender.” Tutup katarina yang juga mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas Nusa Cendana Kupang.

 

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x