Kemristek Harap Madu Trigona Lombok Utara Bisa Mendunia, Ini Alasannya

- 15 Oktober 2020, 08:30 WIB
 Ilustrasi madu.
Ilustrasi madu. /Pixabay/PollyDot

CerdikIndonesia - Program Desa Berinovasi yang merupakan kerja sama antara Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah berjalan dengan sangat baik. Dalam rangka melihat dari dekat pelaksanaan program tersebut, kedua perwakilan kementerian melaksanakan kunjungan kerja ke salah satu lokasi, yaitu Budidaya Madu Trigona yang berlokasi di Desa Salut, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara pada Senin, 12 Oktober 2020.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Minta Polisi Lepaskan Aktivis KAMI yang Ditangkap, Mengapa?

Plt. Bupati Lombok Utara Sarifudin mendampingi tim dari kedua kementerian. Kemenristek/BRIN diwakili oleh Staf Khusus Menteri Danang Rizki Ginanjar, Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi Eka Gandara, Kasie Wahana Inovasi Nuhansyah Harahap, Kasubag Pelayanan Informasi Juliadri dan tim. Sedangkan dari Kemendes PDTT diwakili oleh Staf Khusus Menteri Dodik Pranata Wijaya. Budidaya Madu Trigona di Lombok Utara mendapatkan perhatian khusus karena kabupaten termiskin di Provinsi Nusa Tenggara Barat ini merupakan penghasil madu berkualitas terbaik dengan kapasitas lima ton setiap tahunnya. Madu dijual ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan sudah menembus pasar ekspor ke negara kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Sah, MUI Bukan Satu-Satunya Lembaga Penerbit Sertifikat Halal, Ada Apa Saja?

Staf Khusus Menteri Kemenristek/BRIN Danang menjelaskan program Desa Berinovasi merupakan inisiasi dua kementerian dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Nantinya program ini juga akan melibatkan sinergi triple helix yaitu sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi serta dunia usaha dan industri. Tujuan akhirnya yakni mengelola sumber daya alam dengan sentuhan hasil riset dan teknologi serta pembinaan pendampingan program desa.

“Dengan sentuhan teknologi, kita berharap Madu Trigona bisa menjadi madu terkenal dan mahal seperti madu asal New Zealand. Kuncinya kualitas madu tetap dijaga, pengemasan harus menarik, branding yang kuat dan dibuat strategi pemasaran. Saya membayangkan ini menjadi madu berkelas dengan nama Tropical Honey Lombok,’’ ujar Danang.

Baca Juga: Ini Alasan Lain Ferdinand Hutahaean Hengkang dari Demokrat, Tak Dapat Posisi Strategis?

Sementara itu Staf Khusus Kemendes PDTT Dodik Pranata Wijaya berharap budidaya madu ini menjadi binaan khusus program Desa Berinovasi yang mampu mengangkat perekonomian di desa tertinggal. Melalui Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes, usaha budidaya madu diharapkan lebih optimal. ‘’Secara umum Kemenristek nantinya akan membantu riset dan teknologinya sementara Kemendes akan melakukan pendampingan, baik ke lembaga maupun BUMDes,’’ jelas Dodik.

Dari pihak akademisi, Erwan sebagai ahli perlebahan dari Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram menjelaskan pihaknya selama ini sudah bekerjasama dengan Kemenristek/BRIN melakukan penelitian produktivitas madu. Salah satunya adalah penggunaan teknologi transfer koloni lebah, teknologi panen madu, dan mengolah produk turunan madu seperti propolis dan polen. Misalnya, teknologi panen madu menggunakan alat penyedot madu tanpa harus merusak struktur sarang.

Halaman:

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x