Genose Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Sudah Tahap Uji Terakhir, Segera Bisa Dikembangkan

- 26 Oktober 2020, 16:49 WIB
GeNose alat deteksi virus Covid-19 hanya dengan hembusan nafas karya anak bangsa
GeNose alat deteksi virus Covid-19 hanya dengan hembusan nafas karya anak bangsa /Semarangku/https://www.ristekbrin.go.id/

CerdikIndonesia - GeNose C19 atau Gadjah Mada Electronic Nose adalah inovasi alat kesehatan terbaru yang dikembangkan oleh UGM untuk deteksi cepat gejala Covid-19 hanya dengan embusan nafas. Saat ini alat yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., dan tim kini tengah memasuki tahap uji diagnostik sebelum diproduksi pada akhir tahun.

 

“Kita ingin nantinya harganya bisa lebih murah mungkin agar niat sosialnya untuk bantu (penanggulangan) covid ini bisa sampai,” kata Kuwat kepada wartawan usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama uji diagnostik GeNose C19 antara UGM dengan RS Sardjito, Senin (26/10) di ruang Diklat RS Sardjito.

 

Baca Juga: Hadirkan Narasumber Inspiratif, Kemdikbud Bangkitkan Semangat Jelang Sumpah Pemuda

Ia menyampaikan alat ini sudah mendapatkan izin dari Kemenkes untuk segera menjalani uji diagnostik di 9 rumah sakit mitra salah satunya adalah RSUP Dr. Sardjito. Desain uji diagnostik berupa cross sectional dan triple blinded. Sementara itu, rekrutmen subjeknya adalah multicenter consecutive sampling hingga tercapai jumlah sampel berimbang antara kelompok positif Covid-19 dan negatif Covid-19.

 

Pada tahap awal penerapan GeNose C19 akan difungsikan sebagai alat screening Covid-19. Sambil dievaluasi akurasi, sensitivitas dan spesifisitasnya maka diharapkan dapat ditingkatkan menjadi alat diagnostik Covid-19 yang disetarakan dengan swab/PCR.

 

Baca Juga: Kabar Terkini, 43 Rumah Rusak Akibat Gempa Bumi Pangandaran

Anggota tim peneliti lainnya, dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, PhD., mengatakan dalam uji diagnostik ini setiap pasien akan diambil sampel nafas dan sampel swab nasofaring secara bersamaan. Ia menargetkan 1.500 sampel yang diuji selama tiga minggu dimana 10 persen dari sampel tersebut benar-benar merupakan pasien yang positif Covid-19.“Kita tidak tahu sampel pasien yang diambil ini positif atau negatif supaya tidak terjadi penyimpangan pada penelitian uji diagnostik,” katanya.

Halaman:

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x