“Teknologi AI pasti membutuhkan data set yang yang sangat besar. Oleh karena itu kami terus berusaha agar data set tersebut semakin besar dan bisa digunakan dalam domain yang beragam. Terbukti, beberapa lembaga pemerintah menggunakan teknologi kami, seperti KPK, DPR-RI, hingga Kemenko Bidang Kemaritiman. Selain itu, kami juga fokus pada inovasi lokalisasi penggunaan bahasa di suatu daerah, dari dialek hingga bahasa serapan demi semakin memudahkan user dalam menggunakan teknologi kami,” jelas Oskar.
Baca Juga: Pasien Covid-19 dengan Penyakit Bawaan Jadi Kelompok dengan Kematian Terbanyak, Ini Penjelasannya
Hingga saat ini, Bahasa Kita memiliki beberapa produk unggulan, yakni Notula yang masuk di segmen transcription and analytic. Notula pernah digunakan sebagai alat transkrip otomatis pada momen debat capres 2019 lalu. Selain itu, ada Minit yang merupakan platform video call dengan teknologi transkrip otomatis dan speaker recognition yang bisa digunakan pada server lokal, Tman sebagai platform komik dan podcast edukasi dengan teknologi pensintesa ucapan, hingga Rona, platform interactive robotic berbasis suara sebagai alternatif front office untuk melayani masyarakat pada kondisi pandemi.
Selain AiCI dan Bahasa Kita, perusahaan rintisan bidang AI lainnya yang tergabung dalam ekosistem UMG IdeaLab adalah Widya Wicara – smart speaker berbahasa Indonesia, dan Botika – platform chatbot yang di tahun 2019 berhasil merampungkan kurang lebih 20 juta lalu lintas pesan di sistemnya.