Alumni ISI Padangpanjang Inisiasi Jalan Kembali Pulang ke Kampus

- 6 Juni 2021, 19:38 WIB
Gedung Rektorat Kampus ISI Padang Panjang
Gedung Rektorat Kampus ISI Padang Panjang /Tim Cerdik Indonesia/

Forum Alumni Lintas Angkatan ISI Padangpanjang (Falasi) untuk pertama kalinya menampakkan dirinya. Pandemi memisahkan mereka untuk bertatap dalam satu atap, tetapi kemudian dipertemukan kembali di dalam grup-grup WhatsApp. Setelah beberapa bulan ke belakang megap-megap di obrolan grup yang kadang penuh basa-basi, akhirnya isu alumni, institusi, dan keterkaitan antara keduanya berhasil menjadi “bensin” untuk membakar kebasian tersebut.

Agaknya, jika ditarik garis perkembangan seni hari ini, setidaknya di Indonesia, alumni ISI Padangpanjang punya peran yang sangat signifikan. Tak terhitung kiranya alumni-alumni yang pernah “mondok” di Padangpanjang, mulai dari zaman KOKAR, ASKI, STSI, hingga kini ISI yang kemudian mengisi wacana-wacana seni kekinian. Sebut saja salah duanya Taufik Adam dengan karya-karya musiknya. Alfiyanto Wajiwa dengan gerakan seni di komunitasnya. Juga akhir-akhir ini muncul beberapa festival seni berbasis masyarakat di Indonesia yang ternyata alumni-alumni ISI Padangpanjang ikut andil di dalamnya.

Sebagai salah laboratorium seni yang mendorong terciptanya temuan-temuan baru dalam bidang seni, ISI Padangpanjang mestinya mengakomodasi para alumninya. Tidak kemudian yang menjadi perhatian kampus adalah para alumni yang mengabdi di kampus saja.

Baca Juga: Resmikan Patung Soekarno di Kemenhan, Megawati: Jadikan Api Semangat Bawa Bangsa Berdaulat dan Maju

“Rasanya tidak ada satu sebab bagi saya yang menjadi sebuah alasan penting untuk kembali “pulang”. Entah memang tidak adanya “ruang kembali” itu diciptakan oleh kampus, entah memang para alumni itu enggan untuk pulang. Padahal alumni-alumni kita selalu memproduksi wacana-wacana seni di Indonesia ini,” komentar Adrial Ifradi alumni jurusan musik tahun 2002 via obrolan WhatsApp.

Dalam ilustrasi yang lain, Roni Keron sebagai koordinator Falasi dan juga alumni tamatan 2014 lalu juga punya penggambaran yang juga cukup menarik. Katanya, jika bangsa yang besar tidak akan melupakan sejarahnya, mungkinkah kampus yang besar akan melupakan alumninya? Baginya tentu itu sebuah pertanyaan konyol. Sama konyolnya dengan sebuah kampus yang hanya mendapati alumninya ketika hendak mengisi borang akreditasi saja. Atau mungkin untuk disalami rektor di bangku dies natalis saja.

Baca Juga: Berikut Ini Informasi Beasiswa Pascasarjana Untuk Seniman di Unpad

Mengingat hal itu, rasanya perlunya sebuah platform untuk merajut kembali jaring-jaring komunikasi yang barangkali semakin hari semakin genting. Terkhusus untuk para alumni yang telah malang melintang di dunia seni yang semakin berkembang. Dengan institusi kampus yang dulu menjadi sebagai tempat mereka tatah memulai “berjalan”.

FGD sebagai langkah awal

Halaman:

Editor: Kurniawan Rio


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x