Surat Telegram Kapolri Larang Media Liput Kekerasan Aparat, LBH Bereaksi

- 6 April 2021, 17:38 WIB
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (tengah) menerbitkan surat telegram yang terkait pelaksanaan peliputan bermuatan kekerasan dan/atau kejahatan dalam program siaran jurnalistik.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (tengah) menerbitkan surat telegram yang terkait pelaksanaan peliputan bermuatan kekerasan dan/atau kejahatan dalam program siaran jurnalistik. /Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

 

CERDIKINDONESIA – Surat telegram dengan nomor ST/750/IV/HUM.3.4.5/2021 yang dikeluarkan Kapolri Listyo Sigit Prabowo menuai kontroversi dari berbagai pihak.

Dalam surat itu, termaktub bahwa media dilarang untuk memuat atau meliput tindakan kekerasan dan arogansi aparat. Surat tertanggal 5 April 2021 itu ditujukan kepada para Kapolda serta Kabid Humas.

Baca Juga: Sejumlah Jalan Menuju Lokasi Bencana Rusak, Jalan Trans Flores Jadi Jalur Alternatif

Menanggapi hal tersebut, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta turut buka suara terkait surat telegram Kapolri tersebut.

Menurut LBH Jakarta, surat telegram Kapolri tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Pers No 40 Tahun 1999.

Baca Juga: Spoiler Sisyphus: The Myth Episode Terakhir 15 dan 16 di JTBC dan Netflix

"Telegram Kapolri tentang larang media siarkan arogansi polisi bertentangan dengan UU Pers karena media merdeka melaksanakan tugasnya," tulis LBH seperti dikutip dari akun Twitter @LBH_Jakarta pada Selasa, 6 April 2021.

LBH Jakarta juga berpendapat bahwa surat telegram Kapolri tersebut mengancam hak warga untuk terlindung dari kekerasan terhadap aparat.

Baca Juga: Saksikan Episode Pamungkas Sisyphus: The Myth 15 dan 16 di JTBC dan Netflix

Halaman:

Editor: Sara Salim

Sumber: Mantra Sukabumi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x