Mengenang Munir Said Thalib Aktivis HAM yang Kematiannya Masih Misteri

- 10 Desember 2020, 21:51 WIB
Munir Said Talib, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia yang kasus kematiannya belum terungkap.
Munir Said Talib, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia yang kasus kematiannya belum terungkap. /Instagram/@_cahyoad

CerdikIndonesia – Munir Said Thalib seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia yang meninggal 16 tahun Silam. Ia dibunuh di atas pesawat dalam perjalanannya menuju Amsterdam.

Namanya terus digaungkan setiap tahun, apalagi hari ini bertepatan dengan peringatan Hari HAM Internasional 2020. Perjuangan Munir harus dibayar mahal dengan nyawanya sendiri pada tahun 2004.

Baca Juga: Program Vaksinasi Covid-19 Diperuntukkan Bagi 107 Juta Penduduk

Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965. Ia adalah lulusan S1 Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Jabatan terakhirnya sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Munir bergerak dalam perjuangannya bagi orang-orang hilang dan yang diculik.

Baca Juga: Kapolda Metro Jaya Ultimatum Siap Tangkap Rizieq Shihab

Dia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988. Ia juga pernah menjabat Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia pada tahun 1989.

Baca Juga: Pelaku Mutilasi Kalimalang Mengaku 50 Kali Disodomi Korban

Tahun 1988, ia menjadi anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya.

Selain itu, dia pun pernah menjabat Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Baca Juga: Erick Thohir Terseret Sprindik Palsu, KPK Tegaskan Tak Pernah Keluarkan

Sayangnya, dia meninggal di usia yang masih muda yakni 38 tahun. Di atas pesawat menuju Amsterdam pada 7 September 2004.

Kematian Munir masih belum terungkap sampai hari ini. Ia diracun di atas pesawat menuju penerbangannya ke Belanda untuk melanjutkan studi S2.

Baca Juga: KPK Amankan Sejumlah Dokumen Hasil Geledah Paksa Rumah dan Kantor Juliari Batubara  

Sekitar dua jam sebelum tiba di Amsterdam, Munir dinyatakan meninggal dunia.

Pada tanggal 12 November 2004, polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh kepolisian Republik Indonesia.

Baca Juga: Simak! Sakit Mata Jadi Gejala Baru Covid-19

Kasus kematian Munir berujung di pengadilan. Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir.

Hakim menyatakan pilot Garuda itu bersalah karena terlibat dalam pembunuhan Munir.

Baca Juga: Sambut Senin dengan Puisi Perjuangan Chairil Anwar 'Si Binatang Jalang'

Jenazah Munir dimakamkan di Taman Makam Umum Kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri yang dia nikahi tahun 1996 bernama Suciwati.

Ia juga meninggalkan dua orang anak yaitu Sultan Alif Allende dan Diva.***

Editor: Arjuna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah