Ini Tanggapan IDI Soal Demo Tolak UU Cipta Kerja, Dikhawatirkan Terjadi Lonjakan Pasien Covid19

9 Oktober 2020, 14:59 WIB
Suasana demo di Jakarta /Jakpusnews/Zakiyatul Azizah

CerdikIndonesia - AKSI TOLAK OMNIBUS LAW BERPOTENSI MUNCULKAN KLASTER BARU DAN LONJAKAN COVID-19

 

Aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan buruh atas disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law dikhawatirkan Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memunculkan klaster penyebaran Covid-19 yang baru.

Hal ini diungkapkan oleh Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mereka berpendapat bahwa aksi demonstrasi tersebut berpotensi memicu lonjakan Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Pasca Disahkannya UU Cipta Kerja, Gedung DPR Dijual Marketplace, Sekjen DPR RI Luapkan Kegeramannya

Dr M Adib Khumaidi selaku ketua Tim Mitigasi mengatakan dalam keterangan tertulisnya bahwa peristiwa demonstrasi,

Mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik. Namun juga tidak mengenakan masker.

“Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut, tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus, terutama Covid,” tuturnya

Baca Juga: Gedung DPR Dijual Rp10Ribu di Situs Online, Wasekjen Partai Demokrat: Itu Bentuk Kekecewaan Rakyat!

Menurutnya, aksi demonstrasi ini tidak hanya dari Kota Jakarta, tetapi ada juga dari wilayah luar kota.

“Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya,” ujar Adib.

Selain itu Adib memiliki kekhawatiran sangat mendalam terhadap petugas medis.

“Dalam hal ini, kami menjelaskan kekhawatiran kami dari sisi medis dan berdasarkan sains, hal yang membuat sebuah peristiwa terutama demonstrasi beresiko lebih tinggi daripada aktivitas yang lain,” ujarnya

 Baca Juga: Setelah UU Omnibus Law Cipta Kerja Disahkan, Viral Gedung DPR Dijual RP10Ribu di E-Commerce,

“Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan massif yang akan terlihat dalam 1 sampai 2 minggu mendatang,” ucapnya menambahkan.

Dalam kondisi saat ini, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kesulitan mengangani jumlah pasien Covid yang terus bertambah.

Adib memaparkan bahwa selama pekan pertama Oktober 2020 sudah ada 5 dokter yang wafat akibat Covid-19.

“Sehingga total ada 132 dokter wafat akibat Covid. Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen,” ungkapnya.

Baca Juga: BKPM Tinjau Pelabuhan Tanjung Priok, Ingin Pastikan Ekonomi Tergenjot Baik

Jadi total keseluruhan dokter berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 61 IDI Cabang (Kota/Kabupaten)

Terjadi peningkatan dikarenakan Lonjakan pasien Covid-19 terutama orang tanpa gejala (OTG) yang mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah juga semakin meningkat.

Abid juga menjelaskan bahwa klaster-klaster baru penularan Covid-19 ini terus bermunculan dalam beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Ini Dia Aplikasi Online Groceries yang Harus Kamu Tahu Selama Pandemi

Sejumlah wilayah yang ada di Indonesia mulai melepas PSBB dan membuka wilayahnya kembali untuk pendatang yang berarti lebih banyak orang yang menjalani aktivitas di luar rumah.

“Termasuk, peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini,” Ujarnya.

 

Editor: Shela Kusumaningtyas

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler