WHO Anjurkan Masyarakat Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi, Mengapa?

- 17 Oktober 2020, 00:14 WIB
ilustrasi meditasi untuk menjaga kesehatan mental
ilustrasi meditasi untuk menjaga kesehatan mental /unicef

CerdikIndonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020 lalu telah merilis panduan bagi masyarakat dunia untu bersama – sama menjaga kesehatan mental. Beberapa diantaranya adalah dengan menimbulkan empati antar sesame khususnya bagi orang yang terinfeksi covid-19. Selain itu juga menghilangkan stigma negative terhadap pasien covid-19.

Tak hanya itu, membatasi diri dari paparan berita hoax serta media sosial juga berperan penting untuk tetap menjaga kewarasan di masa pandemi ini.

Baca Juga: Kegiatan Sederhana yang Bisa Kamu Lakukan dalam 3 Menit untuk Recharge Semangatmu

Tetap melindungi diri dan keluarga dengan melakukan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Serta memberikan dukungan kepada sesama khususnya tenaga medis yang menjadi garda terdepan di masa pandemi covid-19 ini.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut konsep sehat bukan hanya terbebas dari penyakit secara fisik, tapi juga meliputi kondisi sehat mental dan sosial.

Sarahsita Hendrianti ,Psikolog yang juga tim relawan satgas Covid-19 Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) di DKI Jakarta, mengatakan pandemi Covid-19 memunculkan sejumlah persoalan kesehatan mental masyarakat. Pasalnya masyarakat yang terbiasa berinteraksi sosial terpaksa melakukan berbagai hal secara daring, baik belajar, bekerja hingga beribadah.

Baca Juga: Ganjar Minta Jurnalis Sajikan Pemberitaan Positif di Tengah Pandemi Corona

Sarah mengungkapkan Pandemi covid-19 ini memberikan perubahan sosial serta tekanan psikilogi sehingga terjadilah stress. Banyak faktor yang menyebabkan stress selain karena adanya ketidakpastian kapan ini semua akan berakhir, kemudian juga  perasaan cemas dan takut apakah akan tertular virus atau tidak, timbul perasaan was-was dan juga mengkhawatirkan keluarga kita misalnya orang tua yang lebih rentan atau mungkin keluarga lain memiliki riwayat penyakit jadi ada rasa takut. Selain itu juga kita setiap harinya melihat dan membaca berita yang banyak banget tentang Covid, lama-  lama otak kita kan menyerap itu dan akhirnya menimbulkan reaksi. Nah reaksi itu bisa berupa takut dan cemas.

Baca Juga: Pasien Kesehatan Mental Terus Bertambah Selama Pandemi Covid-19

Halaman:

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x