Usia Dini Adalah Masa Keemasan, Orangtua Harus Jeli Pilih Paud, Bikin Anak Bermain dan Bahagia!

- 16 Oktober 2020, 08:27 WIB
Bale Baca Kegiatan Bimbingan Belajar PAUD SD SMP SMA
Bale Baca Kegiatan Bimbingan Belajar PAUD SD SMP SMA /WartaLombok-LU Ali

CerdikIndonesia - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seringkali dianggap tak penting. Namun, adapula yang justru menuntut PAUD juga mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan berhitung (calistung), dengan harapan anak menjadi pintar.

 

Apakah hal tersebut dibenarkan? Lantas bagaimana pembelajaran PAUD selama pandemi virus Corona (Covid-19)? Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo membahasnya dalam siaran langsung Instagram “PKK Menyapa” melalui akunnya @atikoh.s, bersama Ketua TP PKK Kabupaten Banyumas Erna Achmad Husein melalui akun @ernasulistyawatii, Rabu (24/10/2020).

 Baca Juga: Kenang Pertempuran Lima Hari, Pesan Para Pejuang Wanita: Sekolah dan Bekerja yang Sungguh-Sungguh!

Atikoh menyampaikan, usia dini merupakan masa keemasan dalam perkembangan manusia. Berdasarkan penelitian, hingga usia empat tahun, tingkat kompleksitas kecerdasan anak sudah mencapai 50 persen, ada usia delapan tahun mencapai 80 persen, dan sisanya yang 20 persen dicapai setelah usia delapan tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan, menentukan derajat kesehatan, intelegensi, tingkat kematangan emosional dan produktivitas pada tahap berikutnya.

 

Dia juga mengungkapkan hasil penelitian UNESCO pada 2005 lalu, di mana pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat meningkagkan partisipasi anak dalam pendidikan, menurunkan angka mengulang kelas maupun angka putus sekolah. Anak juga menjadi lebih berprestasi, mengurangi kriminalitas, kemiskinan, penyalahgunaan obat terlarang, serta meningkatkan kesejahteraan hidup di masa depan.

 Baca Juga: Jateng Siap Tampung Aspirasi Masyarakat Soal UU CIpta Kerja, Buruan Sebelum Pertengahan November!

“Pengembangan anak usia dini sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas,” ujarnya.

 

Kendati begitu, Atikoh mengingatkan, PAUD bukan sekolah melainkan pendidikan, mengingat konsepnya bermain sesuai tingkatan umur. Sehingga anak terbiasa bersosialisasi, bertoleransi dengan temannya. Memaksakan anak belajar calistung terlalu dini, menurutnya tidak dianjurkan karena anak belum siap untuk metode itu.

 Baca Juga: Lagu Perdana dari Misellia Ikwan, Judulnya Isi Hati!

“Untuk orangtua yang belum mendaftarkan anaknya ke PAUD, coba identifikasi, cari PAUD yang bermain dan bahagia. Harus jeli mencari PAUD yang berkualitas,” beber Atikoh yang juga Bunda PAUD Jateng.

 

Hal senada juga disampaikan Ketua TP PKK Banyumas Erna Achmad Husein. Mengingat pentingnya PAUD, imbuhnya, Bupati Kebumen telah mengeluarkan Perda yang menyatakan sebelum anak masuk SD, diwajibkan mengikuti PAUD setidaknya satu tahun. Sehingga, anak-anak sudah siap ketika memasuki masa sekolah.

 Baca Juga: Jangan Sekali-Kali Langgar Perlintasan KA, Bahaya Mengancam!

Menurutnya, pembelajaran di PAUD mesti disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental anak. Dia menunjuk contoh, pada usia bayi, anak dirangsang dengan bunyi, warna, bentuk-bentuk yang melatih motorik halusnya. Setelah satu tahun, mukai dirangsang memegang benda, membedakan tebal tipis benda, dilatih meremas, mengenal panas dingin, dan sebagainya.

 

Tahapan selanjutnya, usia dua sampai enam tahun, anak dilatih menyusun balok, mewarnai, menjiplak, menghitung angka satu hingga 10. Dia menganjurkan para pendidik menggunakan alat peraga edukasi dari bahan alam, misalnya menggunakan daun, biji-bijian, tanaman, hewan, dan sebagainya.

 Baca Juga: Jangan Sekali-Kali Langgar Perlintasan KA, Bahaya Mengancam!

Diakui, selama pandemi Covid-19, PAUD di Kabupaten Banyumas masih belum boleh melakukan pembelajaran tatap muka. Kendati begitu, para pendidik memberikan pembelajaran melalui daring. Saat tertentu, mereka dibolehkan melakukan kunjungan rumah, dengan peserta maksimal tiga orang, serta menerapkan protokol kesehatan. Mereka juga memantau tumbuh kembang peserta didik.

 

“Tumbuh kembang anak juga diperhatikan. Anak kurang dari dua tahun, tinggi badan kurang, perkembangan kurang, berarti mengarah ke stunting. Selama pandemi ini, para kader PKK, Bunda PAUD kecamatan hingga desa, juga turun langsung memberikan penyuluhan sekaligus memantau tumbuh kembang anak,” beber Erna.

 Baca Juga: BNPB: Penanganan Covid-19 Perlu Kolaborasi Berbagai Pihak, Siapa Saja?

Lantas bagaimana agar anak tidak kecanduan gawai selama pembelanaran daring? Erna menegaskan, kuncinya adalah pola pengasuhan orangtua, di mana orangtua diharap mengerti jika anak usia dini jangan dibiasakan memegang gawai sendiri. Saat pembelajaran jarak jauh, orangtuanya yang memegang handphone. Dan sebisa mungkin handphone yang digunakan khusus untuk pembelajaran.

 

“Ini tergantung orangtua. Jika orangtua membebaskan, pasti seharian anak akan memegang HP. Kalau anak dididik dengan baik, mereka bisa dijadwalkan kapan waktu untuk menggunakan HP. Karena radiasi mata juga berbahaya,” tandasnya. 

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x