Konflik Kudeta Myanmar Berlanjut, Seorang Anak Perempuan 7 Tahun Tewas di Pangkuan

- 24 Maret 2021, 21:00 WIB
Seorang siswa di Myanmar meninggal karena kekerasan Junta Militer./
Seorang siswa di Myanmar meninggal karena kekerasan Junta Militer./ /Reuters

CERDIKINDONESIA – Dikutip dari The Guardian, dilaporkan seorang anak perempuan berusia 7 tahun akibat tembakan yang dilepaskan aparat keamanan militer. Ia meninggal karena luka tembak pada Selasa, 23 Maret 2021.

Konflik kudeta di Myanmar yang berlanjut ini menewaskan korban termuda yang berada di pangkuan. Ia tewas di rumahnya di kota Mandalay. Peluru aparat mengenainya saat pihak keamanan melepaskan tembakan.

Baca Juga: Ayo Bayar Pajak! Batas Waktu 31 Maret 2021, Sri Mulyani: Lakukan dengan Segera

Pihak keluarga mengatakan tentara awalnya menembak ayahnya tetapi juga memukul gadis kecil yang duduk di pangkuan di dalam rumah mereka.

Junta militer yang melakukan kudeta menuduh demonstran pro demokrasi melakukan pembakaran dan kekerasan. Mereka mengatakan akan menggunakan kekuatannya seminimal mungkin guna memadamkan aksi demonstrasi.

Baca Juga: Hore! Bansos BST, PKH, dan BPNT April 2021 Cair Akhir Maret Ini, Cek Penerima Dilaman dtks.kemensos.go.id

Juru bicara Junta, Zaw Min Tun mengatakan total 164 demonstran tewas dan dia menyatakan kesedihan atas kematian tersebut.

Jumlah itu berbeda dari aktivis yang melaporkan sedikitnya 261 orang tewas dalam tindakan keras aparat keamanan Myanmar.

Artikel ini pernah tayang di PikiranRakyat.com dengan judul Duduk di Pangkuan Ayahnya, Anak 7 Tahun Tewas Karena Aparat Myanmar Lepaskan Tembakan

"Mereka juga warga negara kami," kata Zaw Min Tun pada konferensi pers di ibu kota Naypyidaw, sehari setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan lebih banyak sanksi.

Junta menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta yang menghentikan transisi lambat Myanmar menuju demokrasi dan karena penindasan mematikan terhadap protes yang mengikutinya.

Baca Juga: Peserta Kartu Prakerja Terima Insentif Rp3,55 juta Kalau Lolos Seleksi

Zaw Min Tun dari junta menyalahkan pertumpahan darah pada para demonstran dan mengatakan sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas.

Aung San Suu Kyi, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas kampanyenya untuk membawa pemerintahan sipil yang demokratis ke Myanmar. Dia ditahan sejak kudeta dan menghadapi tuduhan melakukan kecurangan dalam pemilu.

Baca Juga: Cara Mudah Cetak Sendiri Akta Kelahiran, KK, dan Akta Kematian

Pada Senin, 22 Maret 2021, Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi kepada individu yang terlibat dalam kudeta dan penindasan terhadap para demonstran.

Sebelas orang yang menjadi target Uni Eropa termasuk Jenderal Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer dan sekarang kepala junta. Washington juga memberikan sanksi kepada Min Aung Hlaing.***

 

Editor: Sara Salim

Sumber: Pikiran Rakyat Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah