Memilukan! Tragedi Kanjuruhan Menjadi Insiden Kerusuhan Paling Mematikan dalam Sejarah Sepak Bola Dunia

2 Oktober 2022, 15:23 WIB
Memilukan! Tragedi Kanjuruhan Menjadi Insiden Kerusuhan Paling Mematikan dalam Sejarah Sepak Bola Dunia //Instagram/@aslimalang.official/

CERDIK INDONESIA - Laga Arema FC vs Persebaya yang dihelat di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022 menjadi catatan kelam dunia sepak bola Indonesia.

Pasalnya, di akhir laga pertandingan tersebut terjadi kerusuhan yang mengakibatkan banyak menelan korban jiwa.

Tragedi Kanjuruhan kini tercatat sebagai insiden kerusuhan paling mematikan nomor dua dalam sejarah sepak bola dunia.

Kabar terbaru, menurut Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak dikutip dari Kompas TV, mengatakan bahwa hingga saat ini jumlah korban dalam kejadian itu terus meningkat.

“Sebanyak 174 orang tewas meninggal dunia, 11 orang mengalami luka berat. Para korban  melakukan perawatan di 8 rumah sakit yang berada di Jawa Timur,” tutur Emil.

Emil juga menyampaikan terkait biaya penanganan koraban tragedi Kanjuruhan itu akan ditanggung pemerintahan Jawa Timur.

Baca Juga: Dampak Tragedi Kanjuruhan, Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta Ditunda, Nasib Tiket Gimana?

Diketahui, akibat kejadian kerusuhan di Stadion Kanjuruhan itu PSSI mengancam Arema FC dengan hukuman dilarang menjadi tuan rumah hingga sisa kompetisi Liga 1 2022/2023.

Sementara itu, Menkopolhukam, Mahfud MD, menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antarsuporter. Pendukung Persebaya Surabaya memang dilarang untuk melakukan lawatan.

"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar suporter Persebaya dgn Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Suporter di lapangan hanya dari Arema. Oleh sebab itu para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar suporter," kata Mahfud dalam akun Instagramnya.

Buntut dari tragedi Kanjuruhan ini, kini Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Liga 1 diminta untuk dihentikan hingga minta agar investigasi menyeluruh bisa dilakukan.

Baca Juga: Prediksi Persib Bandung vs Persija Jakarta Pekan ke 11 BRI Liga 1: Susunan Pemain, Head to Head, Prediksi Skor

Kronologi Tragedi Kanjuruhan

Laga Arema vs Persebaya yang dimulai pukul 20:00 WIB semula berlangsung lancar. Akan tetapi tuan rumah tidak beruntung karena kalah 2-3 dari Persebaya.

Hasil ini menjadi sejarah bagi tim tamu, Persebaya Surabaya, yang untuk kali pertama menang atas Arema di Stadion Kanjuruhan setelah penantian 23 tahun. Di sisi lain, kekalahan terasa menyakitkan bagi kubu tuan rumah Arema FC.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan setelah pertandingan berakhir sejumlah pendukung Arema merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.

Semakin lama kekecewaan suporter makin kuat dan kemarahan tidak terkendali, karena disertai dengan lemparan benda-benda ke lapangan.

Baca Juga: Lesti Kejora Masuk RS Usai Mengalami KDRT Sehari Dua Kali Dilakukan Rizky Billar, Leher dan Tangan Sakit!

”Guna meredakan kemarahan suporter polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah suporter,” tutur Kapolda.

Dari tembakan air mata itu suporter yang mencoba menghindar kian tidak terkendali, sehingga harus mengorbankan penonton lain dengan menginjak-injak guna menyelamatkan diri.

”Banyak dari penonton yang mengalami sesak napas akibat asap gas air mata,” ungkapnya.

Cuitan netizen juga menyebutkan orangtua kehilangan balita lantaran situasi panik yang tidak terkendali akibat tembakan gas air mata polisi.

Kerusuhan yang terjadi di lapangan Kanjuruhan mengakibatkan dua kendaraan polisi dirusak, salah satunya dibakar. Penonton juga dilaporkan membakar fasilitas lain di stadion.

Tidak saja terjadi di dalam, kerusuhan juga berimbas ke luar stadion. Total delapan kendaraan polisi dirusak. Para pemain Persebaya sempat tertahan hingga satu jam di kendaraan taktis milik polisi. Mobil rantis yang ditumpangi Persebaya juga dilempari suporter Arema.

Sementara itu, dikutip dari Priceonomics, pertandingan paling mematikan di dunia adalah insiden di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964. Sebanyak lebih dari 300 orang dilaporkan tewas.

Pertandingan tersebut adalah kualifikasi Olimpiade 1964 antara tuan rumah Peru melawan Argentina.

Baca Juga: CEK FAKTA: VIRAL Video Keributan Lesti Kejora dan Rizky Billar yang Tersebar di TikTok, HOAX atau Bukan?

Pertandingan berlangsung sengit oleh kedua tim, dan dengan dua menit waktu normal tersisa, Argentina memimpin 1-0.

Kemudian, Peru mencetak gol penyama kedudukan namun dianulir oleh wasit, ngel Eduardo Pazos. Dalam rentang sepuluh detik, ribuan penggemar Peru berubah dari kegembiraan menjadi kemarahan.

Bencana dimulai ketika salah satu penonton berlari ke lapangan dan memukul wasit; ketika penggemar kedua bergabung, dia diserang secara brutal oleh polisi dengan tongkat dan anjing.

Jose Salas, seorang penggemar yang hadir di pertandingan itu, mengatakan kepada BBC bahwa tindakan polisi memicu kerusuhan.

“Polisi kami sendiri menendang dan memukulinya seolah-olah dia adalah musuh. Inilah yang menimbulkan kemarahan semua orang termasuk saya,” kenangnya.

Puluhan penggemar menyerbu lapangan, dan kerumunan mulai melemparkan benda ke polisi dan pejabat di bawah.

Kerusuhan terjadi, dan polisi meluncurkan tabung gas air mata ke kerumunan, yang mendorong puluhan ribu penggemar untuk mencoba melarikan diri dari stadion melalui tangganya.

Ketika penggemar mencapai bagian bawah lorong-lorong ini, mereka menemukan bahwa gerbang baja yang mengarah ke jalan terkunci rapat.

Ketika mereka berusaha untuk lari kembali, polisi melemparkan lebih banyak gas air mata ke dalam terowongan, memicu histeria massal dan menyebabkan kehancuran besar.

Baca Juga: Wakil FIFA Indonesia: Seluruh Liga Sepak Bola Indonesia Terancam Dibekukan Selama 8 Tahun

Tragedi Hillsborough

Tragedi Hillsborough saat pertandingan semifinal Piala FA 1989 Liverpool melawan Nottingham Forest di Hillborough Stadium menewaskan 97 orang.

Dikutip dari Bolasport, seorang penggemar Liverpool bernama Andrew Devine ditetapkan sebagai korban ke-97 Tragedi Hillsborough setelah meninggal pada Senin, 26 Juni 2021.

Kejadian bermula ketika terjadi penumpukan penggemar Liverpool setelah polisi setempat memutuskan membuka dua akses gerbang menuju tribune teras.

Namun, pihak kepolisian luput memantau jumlah penonton yang masuk ke dalam tribune tersebut hingga akhirnya tak mampu menampung.

Kondisi saat itu diperparah dengan adanya pagar pembatas antara tribune dan lapangan sehingga suporter yang berada paling depan terjepit dan tidak bisa menyelamatkan diri.

Puluhan suporter, yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak, tewas pada insiden tersebut.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler