Amerika Serikat Berpotensi Resesi! Lantas Apa Itu Resesi?

- 30 Juli 2022, 12:19 WIB
Apa Arti Resesi? Apa Penyebab Resesi?
Apa Arti Resesi? Apa Penyebab Resesi? /Pexels/Mart Production

CERDIK INDONESIA - Diketahui bahwa, Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi setelah 40 tahun terakhir, yakni 9,1 persen. Inflasi ini terjadi karena krisis pangan dan energi. Dimana produsen terbesar dari dua komoditas utama itu masih terjadi perang, yaitu Rusia dan Ukraina.

Seperti yang dikatakan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, mengatakan bahwa ketika kenaikan suku bunga dan likuiditas (tidak) cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global pasti akan terjadi.

Sri Mulyani juga menegaskan bahwa Amerika Serikat sudah mengalami resesi. Resesi yang dialami AS jelas akan mempengaruhi Indonesia karena AS adalah negara tujuan ekspor.

Baca Juga: Ojo Kesusu! Penentuan Capres - Cawapres 2024, Jokowi Tegaskan Enggan Buru-Buru

Lantas, apa itu resesi?

Resesi sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang stagnan dan lama, dimulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi juga berarti kontraksi besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi.

Para ahli menyatakan bahwa resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Dampaknya sendiri mulai dari perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Kinerja instrumen investasi yang akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman hingga melemahnya daya beli masyarakat karena mereka cenderung lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu.

Baca Juga: Sri Mulyani Laporkan Kinerja APBN, Pemulihan Ekonomi Semester I Berjalan Baik : Indonesia Harus Tetap Waspada

Penyebab Resesi Ekonomi

Resesi sebagai periode penurunan aktivitas ekonomi yang umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut-turut. Beruntung hingga saat ini Indonesia belum masuk ke dalam kondisi resesi, meski demikian mari mengenal lebih dekat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan resesi ekonomi pada suatu negara:

 1. Inflasi

Inflasi merupakan proses meningkatnya harga secara terus-menerus. Inflasi sesungguhnya bukan hal yang buruk, namun inflasi yang berlebihan masuk ke dalam kategori berbahaya sebab akan membawa dampak resesi.

Bank Central AS sendiri mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi kemudian menekan aktivitas ekonomi. Meskipun menaikkan suku bunga juga beresiko mengakibatkan resesi.

Baca Juga: REKOMENDASI Ide Usaha Sampingan yang Perlu Anda Coba Untuk Menambah Cuan

2. Deflasi Berlebihan

Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.

Deflasi sendiri lebih berdampak kepada para pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa). Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang hal ini kemudian akan berdampak pada rusaknya ekonomi.

Penyebab deflasi sendiri diantaranya terjadinya Jumlah Produksi yang membludak secara bersamaan dari Beberapa Perusahaan, juga menurunnya permintaan produksi sebuah produk, serta menurunnya jumlah uang yang ada di pasaran.

3. Gelembung Aset

Merupakan salah satu faktor penyebab resesi. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi. Hal ini disebut juga sebagai “kegembiraan irasional”.

Baca Juga: Warga Tanah Abang Sambut Tahun Baru Islam 1444 H dengan Pawai Obor di area CFW, Ini pesan yang disampaikan!

Kegembiraan ini menggembungkan pasar saham dan real estate. Hingga akhirnya gelembung tersebut pecah dan terjadilah panic selling dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.

Hal ini terjadi saat para investor yang mengambil keputusan dengan emosi. Mereka membeli banyak saham saat ekonomi sedang baik, kemudian berlomba menjualnya saat kondisi ekonomi berantakan.

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi serta berbagai masalah ekonomi yang serius. Mulai dari tumpukan hutang yang secara individu maupun perusahaan.

Banyak hutang yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasannya juga meninggi. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama-lama akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah