Naya Anindita Patahkan Standar Kecantikan Indonesia dengan Karyanya 'Imperfect: The Series'

- 7 Juni 2021, 19:58 WIB
Sineas Naya Anindita (tengah) dan Garin Nugroho (kanan).
Sineas Naya Anindita (tengah) dan Garin Nugroho (kanan). /Dok. ACFFest/

CerdikIndonesia- Mematahkan standar kecantikan yang terjadi dalam masyarakat, seorang sutradara dan penulis skenario, Naya Anindita memasukan isu perbedaan pada karyanya.

“Imperfect: The Series” adalah salah satu karya dengan pemeran utama yang pada umumnya berbeda dari pemeran utama kebanyakan.

Baca Juga: Sinopsis Imperfect The Series Episode 12 Final : Neti Dibawa Kerumah Sakit Setelah Coba Bunuh Diri

Naya mengatakan stigma negatif jika perempuan cantik harus berkulit putih dan bertubuh kurus harus dipatahkan. Oleh karena itu, menurutnya dengan melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat , merupakan salah satu cara untuk mengkomunikasikannya.

"Beauty kan standarnya gitu aja, saya mau ngangkat gimana pemeran utamanya dengan standar baru dan merayakan perbedaan itu dengan serial ini," kata Naya dalam webinar "Gue Udah Toleran Belum, Sih?" pada Senin, 7 Juni 2021 dilansir dari Antara.

Baca Juga: Lirik Lagu Pelukku Untuk Pelikmu, OST Film Imperfect yang Dinyanyikan Fiersa Besari

Naya menyampaikan pemeran utama dari series ini diambil dari suku dan latar belakang yang berbeda.

Pemeran utama dalam “Imperfect: The Series” ini juga pada awalnya merasa tidak percaya diri dengan tubuh yang mereka miliki.

“Saat reading, saya banyak yang bertanya dan berdiskusi tentang keresahan-keresahan yang mereka hadapi, bahkan mereka juga insecure dengan apa yang mereka punya," kata Naya.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Imperfect The Series Episode 12 Final : Neti Mencoba Bunuh Diri

“Imperfect: The Series” ini juga menjadi terapi juga untuk menerima di mereka sendiri.

"Ini juga jadi salah satu terapi juga untuk menerima diri mereka sendiri juga. Penonton juga jadi jatuh cinta dengan personaliti masing-masing karakter yang apa adanya," imbuhnya.

Naya mengatakan ketika berkarya ia membawa pesan itu kepada level kesadaran masing-masing. Karya jujurlah yang pada akhirnya berbicara.

Baca Juga: Pernikahan Atta dan Aurel Masuk Unggahan Sekretariat Negara, Ernest Prakasa Merasa Aneh

"Kita berkarya dengan membawa message itu dengan level kesadaran masing-masing. Karena pada akhirnya karya yang jujur adalah yang berbicara, kalau pengen bikin karya tentang toleransi, tapi secara diri enggak percaya diri atau belum sampai situ jangan terlalu maksain nanti hasilnya enggak akan jujur," kata Naya. ***

Editor: Yuan Ifdal Khoir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah