BNPT: Kampus Jadi Tempat Paling Diincar Kelompok Radikal Intoleran

2 Desember 2020, 07:34 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Boy Rafli Amar /Antara/

CerdikIndonesia – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar MH mengharapkan perguruan tinggi menyuarakan kewaspadaan akan paham radikal intoleran. BNPT meminta para akademisi memberikan literasi digital kepada segenap mahasiswa dan masyarakat kampus.

Baca Juga: Warning Keras! Presiden Jokowi Tegaskan Supaya Lonjakan Covid-19 Tak Keterusan

"Ini penting sebagai upaya untuk melindungi mahasiswa dan generasi muda dari penyebaran paham radikal intoleran," kata Boy Rafli dalam acara silaturahmi kebangsaan BNPT dan Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Utara dan Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rabu, 2 Desember 2020.

Baca Juga: Wali Kota Malang dan Keluarga Positif Covid-19

Menurutnya, kampus merupakan tempat yang diincar kelompok radikal intoleran guna menyebarkan paham ideologinya.

“Oleh karena itu dengan segala sumber daya yang ada, kami yakin dan optimistis pada unsur pendidik di UMSU dapat ikut serta menyelamatkan generasi muda di Sumatera Utara (Sumut) ini. Salah satunya dengan kegiatan pengabdian masyarakat yang bisa terus menyuarakan masalah kewaspadaan penyebaran paham radikalisme intoleran dan juga masalah literasi digital,” ujar Kepala BNPT itu.

Baca Juga: Setelah Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Riau juga Positif Covid-19

Sebagai center of excellent di Sumut, ia berharap UMSU bisa memberikan pembelajaran penguatan Islam washatiyah.

Hal ini tentu sangat membantu dalam menyelamatkan generasi muda dan masyarakat, apalagi UMSU memiliki peserta didik sekitar 22 ribu mahasiswa juga keluarga para mahasiswa tersebut.

Baca Juga: Pesan WHO di Hari AIDS Sedunia: Jaga Mental Kurangi Stress

“Mereka adalah masa depan bangsa Indonesia. Tentunya kami berkeliling ini untuk menyampaikan pesan-pesan agar mereka harus kita selamatkan dari pengaruh kelompok yang sampai hari ini terus melakukan propaganda radikal intoleran dan kemudian merekrut anak-anak muda ini,” kata Boy.

Baca Juga: Serikat Nelayan Minta Jokowi Pilih Menteri KKP yang Berpihak Nelayan Bukan Jago Jargon

Ia menjelaskan dalam catatan sejarah, pelaku bom bunuh diri umumnya para remaja berusia antara 18-23 tahun.

"Siapa yang dianggap sebagai musuh? Mereka-mereka yang dianggap menghambat aktivitas dan niat kelompok radikal intoleran itu mendirikan negara Islam. Mereka anggap NKRI karena dasarnya konstitusi UUD 45 dianggap tidak sejalan dengan misi mereka, jadi aparat pemerintah termasuk jadi target. Masyarakat ditargetkan untuk menunjukkan bahwa mereka eksis,” tutur Boy.

Baca Juga: Anies Positif Covid-19, Ridwan Kamil: Lekas Pulih dan Pimpin Jakarta Lagi

Menurut Boy, kekerasan ini dilakukan dengan tidak manusiawi dan dengan cara tidak beradab.

Oleh karena itu, Silaturahmi Kebangsaan dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan Civitas Akademika UMSU ini diharapkan memperkuat sinergi dalam melawan penyebaran paham radikal inteloran.***

Editor: Arjuna

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler