Network
Mengagumi seksualitas seseorang di depan cermin bukanlah hal baru, Pada tahun 1940-an beredar sebuah foto yang menujukkan seseorang tengah mengagumi seksualitasnya di depan cermin.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa masyarakat sosial Yunani pada masa itu juga menikmati kehidupan seks yang kuat.
Praktisi agama misteri Helenistik melahirkan ritual orgia ekstatis. Sikap yang dikenal dengan istilah Bacchanalian muncul dari festival Dionsyia di zaman Athena kuno.
Singkatnya, narsisme, dari Narcissus, yang sangat bangga, dan luar biasa cantik, putra bidadari dan dewa sungai yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan mati karena obsesinya merupakan akar lahirnya fetish katoptronofilia.
Narcissus mewakili semua orang yang menatap terlalu sering, terlalu lama, atau terlalu sayang pada refleksi dirinya di cermin.
Baca Juga: Resmi, Gisel Berstatus Tersangka Video Syur - Bukan Lagi Mirip, Pemeran Wanita Adalah Dirinya
Meskipun berguna, cermin dapat mengalihkan realita kehidupan manusia dan membuat orang yang terlalu candu pada cermin sulit membedakan realita dengan refleksi diri di cermin. Cermin seperti pesawat yang menggemakan cahaya dunia, bukan sumber cahaya itu sendiri.
Banyak pakar menilai berbahaya jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu di depan cermin. Tidak ada yang bisa dilihat di sana selain apa yang ada di sekitar realita kehidupan kita.
Tentu saja, kita semua tahu apa yang sebenarnya kita cari saat bercermin. Kita mencoba melihat tubuh dan representasi eksternal dari keberadaan internal kita yang tidak dapat kita lihat dengan mata kepala secara langsung.
Lantas bagaimana dengan orang yang gemar bercinta di depan cermin? Atau melakukan hal-hal seksi lainnya di depan gambar kaca? Katoptronofilia meluas ke masturbasi atau "melakukan fetisisme telanjang".
