Terharu! Menkeu Sri Mulyani Bicara Riba dan Utang: Al-Quran Mengatur Riba dan Membolehkan Pinjaman

8 April 2021, 15:17 WIB
Menkeu Sri Mulyani bicara soal riba /YouTube IAEI TV

 

CERDIKINDONESIA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berbicara soal riba disaat terjadinya suku bunga negatif ataupun minus. Ia mengatakan Al-Quran sudah mengatur persoalan riba dan membolehkan pinjaman atau utang.

 

Hal itu Ia sampaikan pada saat acara Webinar Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Selasa, 6 April 2021.

Sri Mulyani sendiri, sebagaimana diketahui menjabat sebagai Ketua Umum IAEI 2019-2023.

 

Baca Juga: Ayo Bayar Pajak! Batas Waktu 31 Maret 2021, Sri Mulyani: Lakukan dengan Segera

"Pembahasan mengenai isu riba, pinjaman, ini seringkali stigma dimunculkan. Kalau pinjaman identik riba. Fenomena hari ini dengan suku bunga nol persen atau negatif di eropa pemikiran kita apa ini?" tutur Sri.

Menurut Sri, riba sendiri berbeda dengan pinjaman atau utang. Dia menjelaskan bahwa riba adalah kondisi di mana terjadinya eksploitasi terhadap asimetri informasi, sehingga pihak yang memiliki informasi lengkap mengeksploitasi yang tidak memiliki informasi.

"Karena kalau disebut riba Anda mengeksploitasi dari asymmetric information. Sisi yang lain informasinya lebih tidak lengkap di banding sisi satunya yang memiliki informasi lengkap bisa eksploitasi. Islam selalu mengatakan keadilan nomor satu," papar Sri.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Begini Reaksi Sri Mulyani Dengar Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Diduga Terlibat Suap

Berbeda dengan pinjaman, Sri menekankan, Al-Quran sendiri telah membolehkan tindakan pinjaman meminjam atau utang piutang.

Tetapi, sekarang kondisi utang tersebut harus dicatat dengan baik dan digunakan secara hati-hati.

"Dan yang disebut praktisi pinjaman tapi yang masih prudent karena dalam Al-Quran pinjam meminjam itu boleh, tapi harus diadministrasi, di catat dengan baik, digunakan secara hati-hati," tegas mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.

Sri menekankan, pembahasan menyeluruh mengenai ekonomi dan ajaran Islam tersendiri harus bisa disatukan karena nilai-nilai Islam pada dasarnya sangat sesuai dan bisa diterapkan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Baca Juga: Pegawai Ditjen Pajak Terlibat Suap, Menkeu Sri Mulyani: Ini Bentuk Penghianatan dan Sangat Mengecewakan Semua

"Mari kita buat kajian yang sifatnya besar. Ini supaya releveansi ekonomi Islam yang sifatnya inklusif memberi solusi dan relevan dirasakan dan dilihat betul dibuktikan evidance. Saya harap ikhtiar semacam ini menjadi suatu menu pembahasan diantara kita," ungkap Sri.***

 

Editor: Safutra Rantona

Tags

Terkini

Terpopuler