CerdikIndonesia – Pandemi panjang COVID-19 di Indonesia dan dunia tak hanya berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Namun lebih jauh turut menyeret kesehatan mental masyarakat Indonesia.
Meningkatnya keluhan seperti ketakutan dan kecemasan berlebihan (anxiety) timbul akibat kondisi krisis ketidakpastian berkepanjangan.
Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan terhadap risiko tidak langsung dari pandemi COVID-19 yang belum nampak menunjukkan perubahan ke arah lebih baik.
Baca Juga: Hari Anak Sedunia 2020, Ini yang Bisa Perusahaan Lakukan di Hari Anak Besok
Sangat besar kemungkinan anak-anak mengalami ketakutan, ketidakpastian, dan isolasi fisik serta sosial untuk waktu yang lama.
Sebuah studi pendahuluan yang dilakukan di Provinsi Shaanxi, Tiongkok pada pertengahan Februari 2020, menunjukkan bahwa masalah psikologis dan perilaku yang paling umum dialami anak berusia 3-18 tahun adalah kelekatan berlebihan, gangguan kecemasan, mudah marah, dan ketakutan berlebihan.
Studi terkait dampak psikis dari masa karantina dilakukan oleh S.K. Brooks dan koleganya (2020) menunjukkan bahwa pemisahan anak dari lingkungan keluarga dan sosialnya selama masa karantina dapat berdampak panjang pada kesehatan mental dan perubahan drastis pergaulan sosialnya.