BNPB Dukung Pasebaya Gunung Agung Bali Sebagai Relawan Penanggulangan Bencana Alam

- 29 Oktober 2020, 06:46 WIB
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) saat bertugas menangani bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) saat bertugas menangani bencana /Pikiran-rakyat.com/Nurhandoko Wiyoso/

CerdikIndonesia - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) mendukung penguatan kapasitas dan infrastruktur jaringan bagi forum radio komunikasi Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Bali.

 

Adapun bentuk dari dukungan tersebut sementara ini masih dalam tahap diskusi dengar pendapat yang dilakukan melalui studi banding antara Pusdatinkom BNPB bersama relawan Pasebaya di Posko Pasebaya Gunung Agung, Karangasem, Bali, Senin (26/10).

 Baca Juga: Libur Panjang, Pemerintah Imbau Acara Maulid Nabi Patuhi Protokol Kesehatan, Covid-19 Masih Ada

Pada kegiatan tersebut, BNPB mengapresiasi bentuk konsistensi dan komitmen yang terus dijaga dan dirawat dengan baik oleh forum Pasebaya Gunung Agung, sebagai relawan penanggulangan bencana alam hingga hari ini.

 

Melalui jejaring radio komunikasi, segala informasi mengenai perkembangan status dan kondisi Gunung Agung dapat dilaporkan secara berkala kepada masyarakat dan instansi terkait.

 Baca Juga: Libur Panjang, Tempat Wisata Jangan Abai Terapkan Protokol Kesehatan ke Pengunjung Demi Cegah Covid

“Kami tentunya sangat mengapresiasi atas konsistensi dan komiten yang terus dijaga oleh teman-teman dari Pasebaya ini,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Dr. Raditya Jati.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Relawan Pasebaya Gunung Agung yang juga Perbekel Duda Timur, Kecamatan Selat, I Gede Pawana mengatakan bahwa komitmen tim relawan Pasebaya terjaga dengan baik berkat adanya gotong-royong yang terus dijaga dengan baik.

 

Bentuk implementasi dari gotong-royong tersebut adalah mulai dari kegiatan rutin perawatan dan pembiayaan infrastruktur hingga kegiatan lain yang bersifat sosial dan kemanusiaan.

 Baca Juga: Sosialisasikan Penanganan Bencana, BNPB Gandeng Komunitas Katolik Surabaya

“Kami gotong-royong dan itu yang membuat Pasebaya ada hingga hari ini,” tutur Pawana.

 

Selain itu, Pawana juga mengatakan bahwa koordinasi dan hubungan komunikasi yang dijaga dengan baik antara relawan bersama instansi pemerintah seperti BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), unsur pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dan lintas bidang menjadi kekuatan yang membuat tim relawan Pasebaya terus bertahan.

 

“Kami juga selalu berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Karangasem. Itulah yang membuat kami tetap bertahan,” jelas Pawana.

 

Selanjutnya, Sekretaris Relawan Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara Arsana mengatakan bahwa komitmen Pasebaya sebagai penyambung lidah masyarakat melalui radio komunikasi juga terus dilakukan mengingat bahwa mereka tinggal di lereng Gunung Agung, gunung api yang masih aktif di Pulau Dewata.

 Baca Juga: Sumpah Pemuda Kala Pandemi, Pramono Anung: Kita Tidak Kehilangan Esensinya

Sehingga dengan kondisi tersebut kemudian forum relawan Pasebaya berkomitmen untuk terus mendayagunakan tenaga, waktu dan pikiran untuk pengetahuan sesama dengan menjunjung tinggi nilai adat dan kebudayaan serta gotong-royong.

 

“Hidup di lereng Gunung Agung membuat kami selalu waspada. Melihat kondisi tersebut, kami akhirnya membangun komunitas dan menjaga komitmen itu,” kata Arsana.

 

“Jangan gunung dimusuhi, karena kita lahir dan hidup di Gunung Agung,” imbuhnya.

 

Peningkatan Kapasitas dan Penguatan Sistem Jaringan

 

Keberadaan Pasebaya Gunung Agung sebagai penyambung informasi antar masyarakat tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh pihak terkait.

 

Melalui radio komunikasi atau handytalky, informasi tentang kabar terkini antar desa dan wilayah lain menjadi dapat digandakan, disebarkan dan diterima oleh masyarakat dengan cepat.

 Baca Juga: Sumpah Pemuda, Saatnya Buktikan Bisa Bangkit dari Masa Sulit Pandemi

Dalam peranan penanggulangan bencana, kehadiran forum Pasebaya Gunung Agung juga sangat membantu sehingga upaya evakuasi warga menjadi mudah, karena mereka terus memberikan edukasi yang baik serta melakukan pendekatan personal kepada warga.

 

Melihat potensi dan kebermanfaatan tersebut, BNPB melalui Pusdatinkom akan berupaya membantu agar Pasebaya Gunung Agung dapat memiliki infrastruktur dan jaringan radio komunitas dengan sistem modulasi frekuensi (FM). Tentunya hal itu, BNPB akan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Kementerian/Lembaga terkait untuk perijinan segala sesuatu yang dianggap perlu.

 

“Kami akan mengupayakan agar kapasitas teman-teman Pasebaya, baik kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) maupun infrastrukturnya dapat lebih bagus dan bermanfaat. Kami akan bersurat kepada Kominfo untuk perijinan dalam hal ini,” ujar Kapusdatinkom, Dr. Raditya Jati.

 

Sekretaris BPBD Kabupaten Karangasem, Eka memberi apresiasi atas hasil dengar pendapat dan perumusan dalam penunjang kapasitas yang diupayakan Pusdatinkom BNPB untuk Pasebaya Gunung Agung.

 

Dia juga melihat bahwa dengan peningkatan sistem dan jaringan tersebut, maka tidak hanya informasi mengenai penanggulangan kebencanaan saja yang dapat disiarkan, akan tetapi dapat menjadi pengganda informasi lain dari segala potensi yang ada di Karangasem dan sekitarnya.

 Baca Juga: Pemerataan Akses Informasi, Jokowi Resmikan TVRI Papua Barat

“Terima kasih atas kerja sama untuk radio broadcasting. Ke depannya juga bisa mencakup potensi yang lebih luas seperti pariwisata, pertanian dan sebagainya,” pungkas Eka.

 

Berdasarkan peta rawan bencana, sebanyak 28 desa masuk dalam wilayah status awas Gunung Agung. Adapun desa yang masuk KRB III adalah Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungtan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Baturinggit, Ban, Sukadana, Managa, Besakih, Pempetan, Duda Utara, Amerta Buana dan Sebudi.

 Baca Juga: Kemenpan RB Evaluasi Pembangunan ZOna Integritas, Menuju Wilayah Bebas Korupsi Tujuannya

Keseluruhan desa tersebut berpotensi terdampak awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar, hujan batu dan hujan abu, apabila Gunung Agung bererupsi.

 

 

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x