La Nina Datang Sebabkan Curah Hujan Tingg, Pakar UGM: Waspadai Banjir dan Longsor di Tengah Pandemi!

- 12 Oktober 2020, 19:58 WIB
ilustrasi musim hujan
ilustrasi musim hujan /Lingkar Madiun

Baca Juga: Joe Taslim Bintangi Film Korea Selatan The Swordsman, Beradu Akting dengan Jang Hyuk

“Ini juga yang mengakibatkan tekanan udara pada barat Samudera Pasifik menghambat pertumbuhan awan di laut Indonesia bagian timur yang membuat curah hujan menurun secara tidak normal di beberapa wilayah di Indonesia," jelasnya.

Andung menyebut La-Nina menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun yang mendorong pembentukkan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Korelasi antara curah-hujan dan Southern Oscillation Index tertinggi ini terjadi pada Bulan September-November. Artinya curah hujan pada bulan-bulan tersebut akan lebih tinggi daripada kondisi normal.

“Sementara Bulan Desember-Februari yang merupakan puncak musim penghujan, curah hujan akan tetap tinggi meskipun korelasinya dengan Southern Oscillation Index lebih rendah. Sektor pertanian merupakan yang terdampak langung secara positif oleh La-Nina. Produksi pertanian yang membutuhkan kebutuhan air yang tinggi biasanya akan bagus pada kondisi La-Nina. Hal ini berkebalikan dengan El-Nino dimana terjadi kekeringan berkepanjangan dan terjadi penurunan produksi pangan," ucapnya.

Baca Juga: Hindari Kerumunan untuk Cegah Covid-19, Airlangga Hartanto Sarankan Judicial Review UU Cipta Kerja

Akibat tingginya curah hujan ini, menurut Andung, bencana yang sering terjadi adalah banjir dan longsor. Banjir ini terjadi akibat simpanan permukaan (surface storage) tidak mampu menampung air hujan yang lebih tinggi daripada biasanya.

Sementara longsor terutama disebabkan oleh peningkatan beban tanah yang semakin berat akibat terisi oleh air hujan yang meresap ke dalam tanah. Oleh karena itu, hal-hal yang harus dipersiapkan adalah antisipasi kejadian banjir dan longsor.

“Jika hujan deras terus-menerus terjadi pada daerah rawan banjir masyarakat harus waspada. Demikian juga jika muncul retakan-retakan di tebing yang merupakan tanda-tanda akan longsor," paparnya.

Ia menegaskan pemerintah daerah, terutama melalui BPBD, harus siap siaga dalam menangani bencana banjir dan longsor. Hal ini dapat dilakukan dengan monitoring curah hujan dan debit sungai, serta penyiapan sarana Early Warning System (EWS).

Tantangan saat ini, menurutnya, adalah adanya kemungkinan banjir dan longor di tengah pandemi Covid-19. Terutama jika bencana terjadi dalam skala besar sehingga masyarakat harus mengungsi.

Halaman:

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah