Biaya Pendidikan Mahal, Siapkah Anda Jadi Dokter di Indonesia? Begini Kata Tenaga Pendidik

- 1 September 2022, 23:46 WIB
ilmu kedokteran
ilmu kedokteran /pixabay/geralt

Secara sistem pendidikan mungkin ini merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan kuantitas dokter di Indonesia. Kita memandang program Kampus Merdeka bisa dijadikan alternatif solusi untuk membantu kebutuhan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan, terutama para korban bencana alam.

Walaupun, mahasiswa yang diberikan peluang tersebut tidak semua berasal dari jurusan kedokteran dan dalam hal penanganan tidak bisa memenuhi standar pengobatan, tapi paling tidak mereka bisa membantu dalam pengobatan sederhana dan tentunya memberikan ‘semangat’ khusus bagi masyarakat yang sakit tersebut.

Dalam psikologi komunikasi, daya tarik seseorang berperan penting dalam membangun komunikasi interpersonal.

Daya tarik juga besar pengaruhnya pada suasana komunikasi yang berkembang. Pada gilirannya ini akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

Disaat mahasiswa mengikuti volunteer dalam kegiatan kemanusiaan memilki atraksi interpersonal tersebut, maka tercipta rasa suka dan nyaman dari lawan bicara. Efek yang ditimbulkan itulah yang menjadi obat paling ampuh untuk mendampingi obat medis ataupun penanganan klinis.

Setiap dokter/perawat harus memiliki sikap harmonis sesuai situasi dan kondisi pasien untuk sekedar menghibur (Sunaryo, 2004). 

Namun, yang menjadi pertanyaan bagi masyarakat warga Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tanpa menempuh pendidikan dokter.

Apakah kita mau berkorban untuk menjadi pembantu dokter bagi sesama manusia yang membutuhkan? Khususnya masyarakat yang hidup di daerah 3T, yang jauh dari jangkauan para tenaga medis yang memadai.

Sama halnya ketika kita diminta melakukan bela negara, kita tidak harus menjadi anggota militer terlebih dahulu. Tidak harus menggunakan senjata. Begitu juga halnya menjadi dokter di Indonesia.

Kita tidak harus menempuh pendidikan kedokteran yang sebenarnya, tetapi dengan modal kemauan dan rasa empati yang tinggi, dibarengi dengan pikiran cerdas maka kita bisa menyisihkan tenaga dan waktu untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan.

Halaman:

Editor: Safutra Rantona


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x