“Rel, kamu kelas berapa?” tanya Jokowi. “Kelas enam,” jawab Farel.
“Anu loh ya, boleh nyanyi tapi jangan lupa belajar,” ucap Jokowi. “Iya siap,” ujar Farel.
“Jangan lupa juga sekolah terus sampai setinggi-tingginya. Udah pesan Pak Jokowi itu aja,” imbuh Jokowi.
“Oke, siap, siap,” jawab Farel yang berkeinginan menjadi penyanyi sukses.
Terkait alasan mengapa Farel gagal membawakan lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' yang dipopulerkan Trio Tingkir, hingga sekarang belum ada penjelasan resmi dari istana.
Hanya saja, belakangan ini lagu koplo "Joko Tingkir Ngombe Dawet" diprotes karena dinilai tidak pantas.
Beberapa pihak seperti Gus Muwafiq, Asosiasi Kiai Lamongan, akademisi UINSA Surabaya, KH Anwar Zahid, dan terakhir Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengajukan protes.
Para pihak yang menyoal menilai lagu parikan 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' tidak mencerminkan kebudayaan, dan jauh dari kepantasan.
Mereka menilai lagu 'Joko Tingkir' disinyalir merujuk pada tokoh Joko Tingkir, raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang yang memerintah pada rentang tahun 1568 - 1582 dengan gelar Sultan Hadi Wijaya atau Adi Wijaya.
Gus Muwaffiq bahkan merasa jengkel dengan pengarang lirik “Joko tingkir ngombe dawet, Jo dipikir marai mumet,” ini. Dia mengatakan, pengarang tidak mengetahui sejarah.