Buffalo Massacre Adalah Sebuah Ironi, Bahwa Pergantian Pemimpin Tidak Sama dengan Realisasi Harapan

- 30 Mei 2022, 10:19 WIB
Tragedi penembakan massal kembali terjadi di AS, tepatnya berlangsung di SD Robb Elementary yang menelan 19 siswa dan 2 guru tewas.
Tragedi penembakan massal kembali terjadi di AS, tepatnya berlangsung di SD Robb Elementary yang menelan 19 siswa dan 2 guru tewas. / Pixabay/Stevepb/

CerdikIndonesia - Rasisme adalah hal yang mengakar di suatu bangsa, dan bersarang menjadi kanker bagi suatu negara. 

Hingga kini, rasisme masih kental terjadi di bangsa-bangsa yang ada, dan kaum minoritas yang mengalami rasisme berharap bahwasanya akan ada masa di mana semua hal dapat berubah.

Orang-orang tentu berpikir bahwasanya pergantian pemimpin bangsa akan mengubah suatu negara menjadi lebih baik. Contohnya saja, kampanye Indonesia yang berbondong-bondong hendak mengganti presidennya. 

Baca Juga: Review Series Netflix Viral Stranger Things Season 4, Kembali Lagi ke 'The Upside Down'

Pergantian pemimpin dianggap seolah harapan baru, bahwa setelah pemimpin mereka berganti maka harapan yang ada akan terealisasi.

Padahal, fakta bahwa mereka merasa dikecewakan oleh pemimpin yang tengah memimpin sekarang adalah pilihan dari harapan-harapan rakyat yang memilihnya seharusnya telah menjadi tamparan besar.

Bahwa, perubahan pemimpin belum tentu berarti apapun. Namun, rakyat masih menggantungkan harapan pada pemimpin baru. Lalu kembali kecewa setelahnya, dan Buffalo Massacre adalah contoh nyatanya. 

Bukan kebetulan bahwa seorang penembak yang ingin menembak jatuh orang kulit hitam Amerika harus menempuh jarak 200 mil untuk menemukan mereka.

Fakta bahwa penembak harus melakukan perjalanan lebih dari 200 mil dari kampung halamannya yang hampir semuanya kulit putih untuk menemukan komunitas kulit hitam yang cukup terkonsentrasi untuk membunuh secara massal membuktikan bahwa orang kulit hitam tidak “menggantikan” orang kulit putih; kenyataannya, orang kulit hitam Amerika di Buffalo masih berjuang untuk melepaskan diri dari disinvestasi dan segregasi yang disengaja.

Para korban pria bersenjata yang melepaskan tembakan di sebuah toko grosir Buffalo sedang berbelanja di hari Sabtu sore yang cerah dan biasa, menikmati ritual manis mempersiapkan makan malam hari Minggu bersama keluarga.

Halaman:

Editor: Yuan Ifdal Khoir


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x