Untuk menciptakan kurikulum yang fleksibel, Kemendikbud Ristek mengikuti prinsip desain less is more. Artinya, kerangka kurikulum Kemendikbud Ristek mengacu hal-hal yang esensial. "Tujuannya adalah memberi ruang yang besar bagi sekolah untuk merancang kurikulumnya sendiri," ucap dia.
Baca Juga: Ini Link, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus dari Kemdikbud
Anindito menjelaskan, bagian penting dari hal esensial itu adalah "Profil Pelajar Pancasila", yaitu sekumpulan karakter dan kecakapan yang menjadi tujuan pembelajaran semua mata pelajaran serta kegiatan ko-kurikuler.
Kecakapan tersebut adalah nalar kritis yang mencakup kemampuan mencari, menganalisis, serta mengevaluasi informasi dan gagasan.
"Nalar kritis adalah kecakapan yang esensial di tengah banjir informasi di dunia digital yang sering mencampurkan antara fakta, opini, dan misinformasi," ucap Anindito.
"Dengan kata lain, yang esensial terkait urusan digital adalah literasinya, bukan konten seperti e-sports," lanjut dia.
Hal ini bukan berarti sekolah tidak boleh membahas e-sports, tetapi kerangka kurikulum memberi ruang bagi sekolah untuk mengembangkan materi dan metode pembelajarannya, sesuai dengan misi sekolah, konteks lokal, dan kebutuhan belajar siswa.
Bagi dia, sekolah bisa saja menggunakan konten spesifik seperti e-sports sebagai bagian dari kurikulum mereka.
Akan teapi yang paling penting adalah materi tersebut digunakan untuk mengembangkan kecapakan esensial seperti nalar kritis, kreativitas, dan gotong royong.