Namun, BMKG mengakui jika wilayah yang mengalami cuaca ekstrem paling tinggi terjadi di wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Data kami terkumpul dari data pengamatan di Halim, yaitu tercatat 150-176 mm per hari. Kemudian di Sunter hulu 197 mm per hari, di Lebak Bulus 154 mm per hari, dan Pasar Minggu 226 mm per hari," rincinya.
Ia sendiri membeberkan jika ada empat faktor penyebab di balik kondisi curah hujan ekstrem yang dialami di Jabodetabek.
Pertama, adanya udara dari Asia yang cukup signifikan dan mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.
Kedua, lanjutnya, karena adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator.
"Gangguan ini mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin, ada pembelokan, ada perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara, kebetulan membeloknya tepat melewati Jabodetabek. Saat membelok dan melambat di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan, yang akhirnya terkondensasi turun sebagai hujan dengan instensitas tinggi," ungkapnya.
Ketiga, katanya, karena adanya tingkat labilitas dan tingkat kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.