Hari Toleransi Internasional, Perbedaan Latar Belakang Multikultural di Indonesia dan Negara Barat

16 November 2020, 15:39 WIB
Hari Toleransi Internasional, sebuah pengingat prinsip menghormati keberagaman melal /Imelia Santoso/Foto oleh PxHere

CerdikIndonesia – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menetapkan tanggal 16 November  sebagai Hari Toleransi Internasional, bertepatan dengan diadopsinya deklarasi prinsip-prinsip toleransi oleh anggota UNESCO.

Komitmen penerapan toleransi di dunia tertuang dalam Principles on Tolerance and Follow-up Plan of Action for the Year dalam acara United Nations Year for Tolerance tahun 1995.

Akan tetapi sejak pertama kali dicetuskan, negara-negara yang mendapatkan predikat Top 10 The Good Country Index didominasi oleh negara-negara barat.

 

Baca Juga: Kontrak Netflix Dengan Pangeran Harry Sebesar Rp. 1,4 Triliun, Didesak Berhentikan Kesepakatan

 

Dilansir dari jurnal ilmiah bertajuk ‘Konsep dan Praktik Pendidikan Multikultural di Amerika Serikat dan Indonesia’, terdapat beberapa perbedaan mendasar bentuk toleransi negara-negara barat dengan Indonesia.

Pendidikan Multikultural di Indonesia baru muncul di akhir abad ke-20, sedangkan di negara-negara barat, Pendidikan Multikultural sudah diterapkan sejak tahun 1960-an.

Guru-guru di negara barat diharuskan untuk menerapkan konsep Pendidikan Multikultural pada semua mata pelajaran, untuk menanamkan toleransi keberagaman di dalam kelas.

 

 Baca Juga: Ikhwanul Muslimin di Beri Label Teroris Oleh Arab Saudi, Israel Ucapkan Selamat Pada Arab Saudi

 

Bahkan guru-guru di negara barat dituntut untuk mempelajari kebudayaan dasar siswa didiknya serta menerapkan prinsip kesetaraan dan toleransi.

Namun penerapan konsep ini belum merata dalam institusi pendidikan di Indonesia dan hanya terlihat pada sekolah di kota-kota besar.

Persebaran etnis multikultural di negara barat tersebar dari kota besar hingga pelosok. Hal ini berbeda dengan persebaran etnis multikultural di Indonesia yang mencolok di beberapa wilayah tertentu saja.

Misalnya, di daerah pedalaman Sumatra dan Kalimantan terdapat suku-suku dengan jumlah hanya ratusan orang saja, sedangkan suku Sunda yang mendiami provinsi Jawa Barat berjumlah puluhan juta orang.

 

Baca Juga: Joe Biden Kutip Hadis Nabi Muhammad Saat Kampanye, Bagaimana Realisasinya Saat Terpilih Presiden?

 

Penduduk Indonesia hampir tidak pernah mempermasalahkan toleransi antara kelompok minoritas dan mayoritas seperti halnya di negara barat yang umumnya terdiri dari kaum imigran.

Jika di negara barat toleransi multikultural berangkat dari tuntutan kesamaan hak etnis kulit berwarna, lain halnya dengan di Indonesia yang berkaitan dengan aspek pembangunan, pendidikan, dan pemerataan ekonomi.

Saat ini dunia barat tengah dihadapkan pada tantangan toleransi multikultural yang sama dengan asal muasal lahirnya toleransi itu sendiri, yaitu toleransi pada kesamaan hak etnis kulit berwarna.

Di Indonesia, aspek keberagaman saat ini tengah dihadapkan pada tantangan toleransi perbedaan pendapat dan cara pandang terhadap suatu fenomena sebagai hak demokrasi berpendapat.

Diperingatinya Hari Toleransi Internasional setiap tanggal 16 November dapat dijadikan pengingat untuk menerapkan prinsip-prinsip toleransi dengan menghormati keberagaman yang ada. ***

Editor: Arjuna

Sumber: Jurnal Ilmu Pendidikan

Terkini

Terpopuler