Muhammad bin Salman Putra Mahkota Pemimpin de Facto Memberikan Kebijakan Baru Untuk Arab Saudi

17 November 2022, 14:14 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman / /Bandar Algaloud/Saudi Royal Court/Bandar Algaloud/PIkiran-Rakyat

CerdikIndonesia - Arab Saudi Menampakkan wajah barunya pengaruh Wahabisme disebut-sebut akan disingkirkan Kerajaan Al Sahut.

Pasalnya sejak diangkat sebagai Putra Mahkota dan Pemimpin de Facto pada tahun 2017 Pangeran Muhammad bin Salman melakukan terobosan besar.

Dengan menerapkan berbagai kebijakan lebih moderat, kerajaan Ibnu Saud tak segan untuk memberi kewenangan baru.

Baca Juga: LINK LIVE Streaming Timnas Basket Indonesia vs Arab Saudi Kualifikasi FIBA World Cup 2023 di TV Online iNews!

Dengan membuka arena olahraga untuk perempuan, mengizinkan bioskop beroperasi, menggelar konser atau festival publik hingga memperboleh pemakaian bikini di pantai tertentu.

Bahkan Arab Saudi juga melucuti undang-undang perlindunga perempuan yang memaksakan pengawasan laki-laki terhadap perempuan yang beraktivitas di ruang publik.

Semua ini jelas bertentangan dengan doktrin Wahabisme yang menekankan semangat puritanisme dalam beragama.

arabbBaca Juga: Arab Saudi Tentukan Puasa dan 1 Ramadhan 2022 Mulai Sabtu 2 April 2022, 45 Negara Ikuti Keputusan Ini

Sebenarnya sudah sejak lama masyarakat dunia menghawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global.

Penelitian Profesor Ahmad Kuru juga menyimpulkan Wahabisme sebagai salah satu doktrin ortodoksi Islam yang berperan dalam melanggengkan kekerasan di negara muslim.

Kebijakan reformis yang digerakkan Pangeran Muhammad bin Salman ini mungkin akan memberikan harapan baru akan hadirnya agenda demokratisasisi di Arab Saudi.

Baca Juga: Mendadak, Prabowo Subianto Temui Pangeran Khalid bin Salman di Arab Saudi, Ternyata Ini yang Dibahas

Tapi benarkah begitu? Sejak awal Pangeran Muhammad bin Salman memang berambisi mengubah wajah kaku Islam menjadi ke corak yang lebih moderat dan inklusif.

Sebagian pihak menganggap Arab Saudi sedang bergerak menjadi negara yang lebih terbuka.

Melalui visi 2030 yang dicanangkan olehnya Arab Saudi bertekad untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada sektor minyak mentah dan mengembangkan sektor layanan publik.

Meski begitu pengamat Timur Tenggah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menyoroti upaya liberalisasi yang masih sangat terbatas pada bidang ekonomi dan sosial agama.

Nyatanya kerajaan Arab Saudi masih belum meninggalkan sifat otoritariannya.

Sejumlah ulama dan para aktivis yang keritis masih mengalami represi dan penangkapan oleh kerajaan.

Berita terbaru dari Arab Saudi justru mengabarkan seorang mantan Imam Masjidil Haram Saleh Al-Thalib yang divonis 10 tahun penjara.

Saleh Al-Thalib yang sudah ditangkap pada 2018 lalu diduga ditangkap lantaran ceramahnya yang bertentangan dengan Kerajaan Arab Saudi.

Lantas akankan Arab Saudi bergerak menjadi lebih moderat atau kebijakan Pangeran Muhammad bin Salman hanya topeng saja.

***

Editor: Safutra Rantona

Tags

Terkini

Terpopuler