Kupas Tuntas Bahayanya Virus Flu Burung Jenis H10N3, Kenali Fakta Berikut

- 2 Juni 2021, 21:21 WIB
Pemerintah China melaporkan baru-baru ini terjadi kasus virus ‘flu burung’ jenis H10N3 muncul, dan telah menjangkit terhadap manusia
Pemerintah China melaporkan baru-baru ini terjadi kasus virus ‘flu burung’ jenis H10N3 muncul, dan telah menjangkit terhadap manusia /Elchinator/Pixabay.com

CERDIKINDONESIA - Resiko infeksi lebih lanjut dari virus H10N3 saat ini diyakini sangat rendah, dengan para ahli menggambarkan kasus tersebut sebagai kejadian yang sporadic.

Sebelumnya, seorang pria berusia 41 tahun di provinsi Jiangsu, China Timur telah dikonfirmasi menjadi manusia pertama yang terinfeksi flu burung jenis langka yang dikenal dengan H10N3.

Pria itu merupakan penduduk kota Zhenjiang, yang dirawat di rumah sakit pada 28 April 2021 dan didiagnosis menderita flu burung jenis H10N3 pada 28 Mei 2021.

Baca Juga: Kontroversi Virus Flu Burung Baru H10N3 dari China, Seberapa Bahayakah?

Dilansir dari Reuters, kasus seperti itu terkadang terjadi di China, dimana negara tersebut memiliki populasi besar baik dari burung ternak maupun burung liar yang terdiri dari berbagai spesies.

Dengan meningkatnya pengawasan flu burung terhadap populasi manusia, semakin banyak infeksi virus flu burung yang dapat terdeteksi.

Pada bulan Februari lalu, Rusia melaporkan infeksi virus H5N8 terhadap manusia pertama yang mengakibatkan kerusakan besar pada peternakan unggas di seluruh Eropa dan Asia Timur.

“Tujuh orang yang terinfeksi virus tidak menunjukkan gejala,” ucap salah satu pihak yang berwenang disana.

Para ahli akan waspada untuk setiap kelompok kasus H10N3.

Baca Juga: Waspada! China Lagi-Lagi Laporkan Kasus Pertama Flu Burung H10N3 Pada Manusia, H10N3 Bukan Virus Biasa

Tetapi, untuk saat ini satu kasus yang terjadi di China tidak terlalu menjadi perhatian.

“Selama virus flu burung beredar di unggas, infeksi sporadic flu burung pada manusia tidak mengejutkan. Sebagai pengingat, jelas bahwa ancaman pandemi influenza terus berlanjut,” kata WHO.

Menurut Filip Claes, virus ini bukan merupakan virus yang umum, dan hanya sekitar 160 isolat virus yang dilaporkan dalam 40 tahun hingga tahun 2018.

Filip Claes sendiri merupakan koordinator laboratorium regional dari pusat darurat Food and Agriculture Organization (FAO) untuk penyakit hewan lintas batas Asia dan Pasifik.

Namun, virus flu burung dapat bermutasi dengan cepat dan bercampur dengan strain lain yang beredar di peternakan atau di antara burung yang bermigrasi.

Hal tersebut dikenal dengan sebutan “reassortment”.

Dengan kata lain, mereka dapat membuat perubahan genetik yang menimbulkan ancaman penularan bagi manusia.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x