Baca! 5 Fakta Penting Kerumunan Megamendung Acara Rizieq Shihab

- 21 November 2020, 08:32 WIB
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (tengah), menyapa ribuan jamaahnya di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, 13 November 2020. Kedatangannya ke Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut.
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (tengah), menyapa ribuan jamaahnya di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, 13 November 2020. Kedatangannya ke Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut. /ANTARA/Arif Firmansyah

CerdikIndonesia – Usai menggelar jumpa pers setelah diperiksa Bareskrim Polri, Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, mengungkap fakta-fakta kronologi seputar kerumunan di Megamendung, Kabupaten Bogor.

Baca Juga: Diperiksa Bareskrim 7 Jam, Ridwan Kamil Sampaikan Permohonan Maaf

1. Bertepatan dengan Salat Jum’at dan Peletakan Batu Pertama

Ridwan Kamil menjelaskan peristiwa kerumunan massa yang diduga langgar protokol kesehatan di Megamendung, Kabupaten Bogor adalah acara peletakan batu pertama Pondok Pesantren Agrokultural Megamendung, Kabupaten Bogor.

“Jadi saat itu adalah salat Jum’at dan peletakan batu pertama, itu sebenarnya hanya acara rutin,” kata Kang Emil.

Baca Juga: Kutip Ayat Al-Qur’an! Ridwan Kamil: Kalau Indonesia Mau Selamat, Taati Pemimpin!

2. Hanya Acara Rutin

Pihak penyelenggara acara sudah melaporkan kegiatan kepada Camat dan Satgas Kabupaten Bogor. Pelaporan dilakukan hanya kepada dua pihak terkait karena acara tidak direncanakan besar-besaran.

“Bukan acara besar yang mengundang banyak orang, hanya acara rutin,” ucapnya.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Jakarta Berpotensi Hujan Petir dan Angin Kencang

3. Sudah Dilobby oleh Kodim

Sudah diingatkan Komando Distrik Militer (Kodim) atau TNI yang melakukan tugas operasional kewilayahan.

Sebagai upaya pencengahan, Kodim mengingatkan akan adanya potensi kerumunan massa.

"Intinya sudah dilakukan pencegahan," katanya.

Baca Juga: Pangdam Jaya: Jangan Coba- coba Ganggu dengan Merasa Mewakili Umat Islam

4. Euforia Masyarakat Tak Terbendung

“Pada hari H, ternyata ada euforia masyarakat yang bukan mengikuti, hanya melihat. Itulah yang membuat situasi menjadi sangat massif,” kata Ridwan Kamil.

Kerumunan atas euforia masyarakat menjadi tak terbendung. Kendati kebanyakannya hanya ingin melihat.

Baca Juga: Dipanggil Polda Metro Jaya Pekan Depan, Wagub DKI: Saya akan Datang

5. Aparat Tak Punya Pilihan

Melihat situasi yang berpotensi tidak kondusif di lapangan. Pelaksana tugas lapangan tak punya banyak pilihan.

Ridwan Kamil menerangkan hanya ada dua pilihan yaitu pendekatan persuasif humanis dan represif.

Baca Juga: 10 Kutipan Baper Tere Liye tentang Perasaan

“Tapi massa kalau sudah besar biasanya cenderung ada potensi gesekan, maka pilihan Kapolda Jabar memutuskan pendekatan persuasif humanis non represif. Walaupun akhirnya pilihan-pilihan itu memberi konsekuensi pada institusi kepolisian,” katanya lagi.***

 

Editor: Arjuna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x