Dolomani, Pakaian Adat Buton yang Dipakai Presiden Jokowi dalam Upacara HUT ke-77 RI: Ini Maknanya!

- 17 Agustus 2022, 10:01 WIB
Pakaian Adat Dolamani dari Buton yang dipakai Jokowi dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi HUT ke-77 RI
Pakaian Adat Dolamani dari Buton yang dipakai Jokowi dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi HUT ke-77 RI /Tangkapan layar/Youtube

CERDIK INDONESIA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini nampak hadir di Istana Merdeka, Jakarta untuk menjadi inspektur upacara detik-detik proklamasi HUT ke-77 Republik Indonesia.

Adapun Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Halaman Istana Merdeka akan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.

Upacara akan dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara.

Pada tahun ini, Jokowi mengenakan baju adat Buton, Sulawesi Tenggara. Baju tersebut biasa dikenakan oleh para Sultan Buton dalam setiap acara resmi.

Hal itu disampaikan Jokowi saat tiba di Istana Merdeka sebelum memimpin upacara pada Rabu pagi, 17 Agustus 2022.

Baca Juga: Peran Pemuda bagi Bangsa Menurut Islam: Pemuda Menjadi Garda Depan dalam Memperjuangkan Kebenaran!

 "Ini baju dari Buton, Sulawesi Tenggara. Ini Baju Dolomani dari Buton," tutur Jokowi kepada wartawan. "Maknanya dicari ke Buton," lanjut Jokowi sambil berseloroh saat ditanya maksud dari pemilihan busana adat tersebut.

Menurut Presiden Jokowi, Indonesia memiliki kekayaan adat budaya yang sangat tinggi, termasuk dalam hal pakaian adat. Untuk itu, Presiden akan terus mengangkat berbagai pakaian adat tersebut untuk dipakai dalam berbagai kesempatan.

Baju adat Buton memiliki khas bunga rongo di sisi kiri, kanan. Bunga rongo memiliki makna tumbuhnya seorang pemimpin dari bawah ke atas

Sebelumnya, pakaian adat yang dipakai Presiden Jokowi ini dikirim secara langsung ke Istana Negara dari Pemerintah Kota Baubau.

Seperti diketahui, pakaian adat Sultan Buton yang disebut Dolomani memiliki makna filosofis serta mempunyai tata cara dalam pemakaiannya.

Dolomani merupakan nama dari pakaian adat Sultan Buton yang terdiri dari baju, celana, sarung, dan kopiah.

Dalam mengenakan pakaian ini dilengkapi dengan kotango (baju dalaman), sulepe (ikat pinggang), ewanga (keris atau badik), dan katuko (tongkat).

Baca Juga: SIARAN LANGSUNG Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI 2022: KLIK Link Live Streaming disini

Makna Filosofis Dolomani

Dolomani merupakan salah satu pakaian kebesaran Sultan Buton saat menghadiri upacara-upacara resmi kesultanan.

Pakaian ini dihiasi dengan sulaman benang emas atau perak, di mana pada pinggiran baju dan kerah baju dihiasi dengan sulaman bermotif bunga rongo.

Selain itu pada sisi kanan dan kiri baju juga dilengkapi dengan sulamam randa yang berupa ornament ake.

Begitu pula pada sisi kanan dan kiri celana Dolomani yang membentuk strip dari atas ke bawah dihiasi dengan sulaman bermotif bunga rongo pula.

Kopiah, sepanjang pinggiran bawah dihiasi motif bakena uwa, atas kopiah dihiasi bunga kambamanuru dan depan dihiasi kaligrafi dalam bahasa arab berbunyi “MAULANA” yang berarti pemimpin umat.

Adapun beberapa motif yang disulam dengan benang emas atau perak menujukan kebesaran dan keagungan yang dimiliki pemimpin akan berkilauan menerangi seantero negeri.

Baca Juga: Dalil-Dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Cinta Tanah Air

Sulur bunga menghiasi baju dan celana dolomani yang berupa bunga rongo menunjukkan tumbuhan menjalar dari tanah ke pepohonan yang tinggi lalu menjalar kembali ke bawah.

Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin menjejaki karier dari bawah ke atas suatu saat akan kembali ke bawah lagi karena jabatan adalah amanah dan suatu saat kekuasaan atas jabatan itu akan berakhir pula.

Sulaman randa bermotif ake pada sisi kanan dan kiri baju menggambarkan dua ekor burung, satu memandang ke kiri dan satunya ke kanan.

Ini mengandung makna filosofis seorang pemimpin senantiasa waspada terhadap bahaya yang mengancam negeri dari manapun datangnya.

Kopiah Dolomani yang dihiasi ornament bakena uwa, di mana bakena uwa adalah merupakan buah dari tumbuhan sangat indah untuk dipandang, tetapi ketika menyentuh akan memimbulkan sensasi gatal.

Hal ini menujukkan negeri yang indah nan elok yang hendak dikuasai musuh wajib kiranya seorang pemimpin bersama-sama rakyatnya harus melakukan perlawanan.

Baca Juga: 28 Kata-Kata atau Caption 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke -77: Memotivasi dan Penuh Makna!

Lalu, depan kopiah Dolomani disulam kaligrafi 'MAULANA' menunjukkan pemimpin adalah sebenar-benar pemimpin, harus melekat sifat kepemimpinan mengutamakan kepentingan rakyat bukan pribadi.

Bagian atas kopiah Dolomani terdapat sulaman kamba manuru merupakan nama bunga dalam bahasa setempat (Wolio), 'kamba' berarti bunga dan 'manuru' berarti 'sejahtera'.

Hal ini mengandung filosofis seorang pemimpin memiliki tugas utama untuk mensejahterakan rakyatnya.

Tata Cara Mengenakan Dolomani:

  1. Mengenakan celana Dolomani sebagaimana mengenakan celana umumnya
  2. Mengenakan kotango sebagaimana umumnya mengenakan baju dalaman
  3. Mengenakan sarung hingga lutut di atas celana dan kotango
  4. Setelah mengenakan sarung maka pinggang diikat dengan sulepe (ikat pinggang)
  5. Ewanga (keris atau badik) dimasukan ke dalam sarung yang berada pada sisi kiri pengguna hingga hulu ewanga terlihat mengarah ke depan
  6. Baju Dolomani dikenakan sebagaimana mengenakan baju umumnya
  7. Kopiah dikenakan sebagaimana umumnya mengenakan kopiah, di mana sulam emas atau perak berada tepat di kening yang mengenakan
  8. Tongkat dipegang dengan tangan kanan pada hulunya sebagaimana memegang tongkat pada umumnya.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x