Mahasiswi Doktor di Inggris Bunuh Diri Karena Pelecehan Seksual, Berikut Kronologis Kejadiannya

- 27 Juni 2021, 11:47 WIB
Ilustrasi Pelecehan Seksual.
Ilustrasi Pelecehan Seksual. /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari

 

CERDIKINDONESIA - Seorang mahasiswi PhD prestasi asal Inggris korban pelecehan seksual. Mahasiswa itu akhirnya memilih bunuh diri dari pada malu dengan suasana kampusnya.

Usai menerima pelecehan seksual tersebut, mahasiswi yang diketahui bernama Josie Jolley tersebut menderita kecemasan dan depresi yang sangat luar biasa.

 

Sebuah penyelidikan atas kematian Jolly tersebut pun menyoroti kondisi kesehatan mental yang dialami oleh korban.

Josie Jolley merupakan seorang mahasiswi doktoral di departemen geografi Universitas Sussex.

Dia mengakhiri hidupnya pada September 2020. Kejadian itu dilakukan empat hari setelah ulang tahunnya yang ke-25, akibat menderita kecemasan dan depresi.

Baca Juga: Rian D'Masiv Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Berikut Bantahan Rian D'Masiv

 

Hasil dari penyelidikan yang dilakukan di Brighton dan Pengadilan Hove City Coroner menjelaskan bahwa Josie Jolley telah mengalami ‘banyak peristiwa yang sangat traumatis dan sulit untuk diatasi’.

Sebelumnya Josie Jolley disebut telah menjalin hubungan asmara dengan supervisor pertamanya di pendidikan PhD yang tengah dia jalani. Hubungan tersebut juga diketahui oleh banyak orang di UniversitasSussex, dan memutuskan untuk berpisah setelah lebih dari satu tahun menjalani hubungan asmara.

Masih dari keterangan yang sama, pada Desember 2019, Josie Jolley mengakui bahwa dirinya telah menerima pelecehan seksual.

Tindakan tersebut telah dilaporkan kepada pihak berwenang, akan tetapi jaksa penuntut Crown justru memutuskan untuk tidak memberikan tuntutan.

Petugas Coroner, Veronica Hamilton-Deeley mengatakan bahwa dia tidak menganggap masalah ini sebagai ‘penyebab langsung’ kematian Josie Jolley, dan dia mengalami banyak hal yang terjadi.

"Untuk menyarankan bahwa (Josie Jolley) adalah korban, bahwa dia begitu rentan, dia bisa dimanfaatkan, dan dia tidak bisa menang dalam keputusannya sendiri, adalah hal yang merendahkan dirinya,” ucapnya, dikutip dari Times Higher Education, Minggu, 27 Juni 2021.

Kesehatan mental Josie Jolley semakin tertanggu tatkala dia mengkhawatirkan tugas kuliahnya serta kesehatan ibunya yang telah didiagnosa kanker pada Mei 2020 lalu.

Pihak Coroner menyampaikan bahwa Josie Jolly merupakan mahasiswa berprestasi, dia mendapatkan dukungan dari Universitas atas kecerdasanya. Dengan kondisi kesehatan mental yang terganggu menyebabkan apa yang telah dia rencanakan menjadi berantakan.

“Secara akademis, bakat Josie dinyatakan dalam prestasi yang jauh di luar tingkatnya sebagai mahasiswi PhD, pada tahun kedua risetnya.

Publikasinya yang ditulis dengan catatan transaksi Institut Geografi Inggris merupakan pencapaian yang tidak pernah dicapai oleh ahli geografi akademis yang terpublikasi secara internasional.

Begitu juga peran editorialnya dalam The Global Horizons Initiative (jurnal mahasiswi). Josie Jolley juga adalah pemenang perdana dari MacQuitty Prize sebagai penghargaan atas kinerja menakjubaknnya di tingkat sarjana.

"Ini hanyalah simbol dari potensinya, dan apa yang hilang secara akademis.”

 

Mantan supervisor lainnya, Ben Rogaly mengatakan bahwa dia terus mendukung Josie Jolley setelah Agustus 2019.

“Josie adalah siswi terpintar yang pernah saya ajari. Kehilangannya di Universitas dan di dunia yang lebih luas, sangatlah besar,” pungkas Ben.***

Editor: Safutra Rantona


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah