CerdikIndonesia- Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira menanggapi terkait pemilihan kepala daerah secara serentak yang digelar hari ini, Rabu, 9 Desember 2020.
Ia menyebut telah banyak menyerap banyak Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam pilkada, tapi dampaknya ke ekonomi daerah bisa dikatakan tidak terasa. mengatakan kondisi itu disebabkan terlalu dipaksakannya penyelenggaraan Pilkada di masa Pandemi COVID-19. Sebab, masyarakat tidak bisa aktivitas banyak.
Baca Juga: Fadli Zon Sebut Sistem Pembagian Bansos Ada Peluang Jadi Maling
"Pilkada kurang berdampak pada perekonomian karena masyarakat cenderung berhenti bekerja, sementara itu setelah memilih di TPS ya pulang ke rumah. Apalagi ada kenaikan kasus COVID-19 dalam seminggu terakhir banyak yang hindari kerumunan," katanya hari ini.
Berbeda saat penyelenggaraan pilkada secara serentak di masa normal. Ditegaskannya pada masa itu pilkada selalu turut memberikan andil besar dalam pertumbuhan ekonomi, karena adanya belanja yang besar di tengah masyarakat.
Baca Juga: Banser Sebut Sudah Sampai Papua, OPM: Akan Kami Kubur
"Sekarang serba sulit. Daya beli juga sedang turun. Selain itu pada saat kampanye biasanya ada panggung, hotel penuh untuk acara jelang pilkada juga percetakan kebanjiran order, saat ini cenderung sepi," tutur Bhima.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, anggaran untuk pilkada tahun ini mendapatkan tambahan dari APBN 2020 sekitar Rp5,41 triliun. Sebab, penyelenggaraan pilkada yang selama ini dari APBD tidak cukup karena adanya Pandmei COVID-19.***