Gunung Merapi Tunjukan Aktivitas Seismik dan Deformasi yang Terus Meningkat

12 November 2020, 20:01 WIB
Ilustrasi Gunung Merapi di Yogyakarta/Pixabay.com /

 

CerdikIndonesia - Aktifitas seismik dan deformasi di tubuh Gunung Merapi meningkat.

Hal ini diungkapkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknolofi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, sejak status gunung tersebut dinaikan menjadi Siaga 5 November 2020 lalu.

Baca Juga: Terkait Video Syur Mirip Gisel, Wijin : Sampai Saat Ini Saya Percaya Banget Sama Dia

 

“Aktivitas seismik yang terpantau saat ini sudah melampaui aktivitas menjelang munculnya kubah lava pada erupsi 2006, tetapi masih lebih rendah dibanding aktivitas seismik saat erupsi 2010,” kata  Hanik Humaida, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Rabu, 12 November 2020.

Deformasi atau penggembungan tubuh gunung dikabarkan terjadi sekita 12cm perhari.

Aktifitas penggembungan tersebut dideteksi terjadi 20 Oktober 2020 lalu yang terpantau di sektor barat laut.

Baca Juga: Video Klip 'Bad Guy' Billie Eilish Mencapai 1 Miliar Penonton di YouTube

 

Dilansir dari laman Antara, dari catatan BPPTKG Yogyakarta, tercatat tidak ada gempa vulkanik dalam, 3 hari jelang munculnya kubah lava erupsi pada 2006.

Meski begitu, terjadi gempa vulkanik dangkal 6 kali dengan 20 kali guguran.

Sedangkan pada 2010, terjadi 120 kali gempa vulkanik dangkan, 7 gempa vulkanik dalam, dan 277 kali guguran.

Baca Juga: Intip Bocoran Spesifikasi Samsung Galaxy S21, Bikin iPhone 12 Khawatir Bersaing

 

Saat ini, menurut Hanik tidak terjadi gempa vulkanik dalam. Namun terjadi 33 kali gempa vulkanik dangkal dan 45 kali guguran.

BPPTKG menyusul 2 skenario yaitu ekstrusi magma dengan cepat dan skenario erupsi eksplosif. 

Hal ini dikarenakan indikator saat ini telah lampaui kondisi siaga pada tahun 2006.

Baca Juga: BMW C Evolutin Siap Rilis, Skuter Listrik yang Kembali Digarap

 

Bagi Hanik, kemungkinan yang terjadi adalah jenis erupsi eksplosif, berdasarkan aktifitas seismik yang melampai kondisi terukur erupsi pada 2006.

Hanik melanjutkan meskipun begitu, jika erupsi eksplosif terjadi maka tidak akan sebesar erupsi tahun 2010, karena tekanan dalam dapur magma tidak berlebihan.

Baca Juga: 6 Tanaman yang Banyak Manfaatnya, Nomor Terakhir Bisa dibuat Teh

 

Migrasi magma berjalan pelan, peningkatan kegempaan seperti erupsi pada 2006 bersifat efusif dan terjadi hembusan pelepasan gas.

Saat ini magma berada di jarak sekitar 1,5km dari puncak berdasarkan pusat terjadi kegempaan. 

Baca Juga: Cleopatra Eks member Klarifikasi Perihal Keuangan JKT48 Hingga Nyaris Bubar

 

Hingga saat ini, guguran lebih banyak terjadi di sisi barat dan barat laut.

“Namun bukan berarti letusan akan mengarah ke sana. Pada 2006 saja, terjadi perubahan morfologi di sisi barat tetapi awan panas meluncur ke selatan,” katanya yang menyebut hingga saat ini belum muncul kubah lava baru.

***

Editor: Arjuna

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler