Pembicaraan G20 Diakhiri dengan Janji Untuk Mempercepat Transisi Energi

5 September 2022, 21:12 WIB
Dalam konferensi persnya, Menkominfo Johnny harapkan startup di Indonesia dapat berkembang dan naik kelas melalui pelaksanaan DIN G20. /Ringtimes Bali/Ni Made Ari Rismaya Dewi

CerdikIndonesia - Pembicaraan energi G20 di Bali berakhir Jumat dengan ekonomi terkemuka dunia berjanji untuk mempercepat transisi ke energi yang lebih bersih, tetapi tidak ada kesepakatan yang mengikat karena para pejabat berjuang untuk mengatasi perselisihan atas invasi Rusia ke Ukraina.

Harga energi telah meroket sejak Moskow melancarkan serangan militernya, dengan banyak negara Barat berebut mencari sumber alternatif dalam upaya memutuskan hubungan dengan Rusia.

Pergolakan energi telah memberi tekanan pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca Juga: Saham Tergelincir Karena Euro Mencapai Level Terendah 20 Tahun Karena Penyakit Energi

Tuan rumah Indonesia mengajukan rencana pada pembicaraan yang menguraikan prinsip-prinsip untuk mempercepat transisi "adil" ke energi yang lebih hijau dan itu didukung oleh negara-negara G20.

"Bali Compact" yang tidak mengikat, yang mencantumkan prinsip-prinsip untuk mencapai emisi nol bersih, disetujui oleh semua anggota, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.

Rincian tidak dirilis tetapi menteri mengatakan rencana tersebut berusaha untuk memperkuat perencanaan dan implementasi energi nasional untuk meningkatkan keamanan energi, efisiensi dan meningkatkan investasi dan pembiayaan.

"Para menteri energi G20 mengirim sinyal kuat ke pasar bahwa pembuat kebijakan mengambil tindakan untuk memperkuat lingkungan yang mendukung investasi," kata Arifin dalam konferensi pers online, Jumat.

Tetapi para pejabat gagal mencapai konsensus tentang komunike bersama karena "perbedaan antar negara" pada pertemuan satu hari itu, kata Arifin tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Baca Juga: Gelombang Pertama Kereta Cepat Buatan China Tiba di Jakarta

Beberapa negara, termasuk Inggris dan Prancis, mengecam invasi ke Ukraina dan mengatakan telah mengganggu stabilitas pasokan energi.

Kehadiran Rusia di forum itu berarti konsensus tidak dapat dicapai untuk sebuah komunike, kata seorang sumber yang dekat dengan pertemuan itu kepada AFP.

"Krisis energi saat ini menunjukkan urgensi untuk mempercepat transisi energi", tambah sumber tersebut.

Perwakilan dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jerman, India, Afrika Selatan dan Uni Eropa juga hadir, menurut daftar yang dilihat oleh AFP.

Pembicaraan energi tersebut mengikuti diskusi lingkungan G20 di Bali pada hari Rabu yang juga berakhir tanpa komunike bersama, yang mencerminkan perpecahan di antara negara-negara anggota tentang cara mengatasi perubahan iklim.

Menteri iklim Inggris Alok Sharma mengatakan pemerintah harus "meninjau kembali dan memperkuat" komitmen mereka untuk mencapai emisi nol bersih.

“Tidak boleh ada kemunduran pada komitmen,” tweetnya pada hari Rabu.

Baca Juga: Gelombang Pertama Kereta Cepat Buatan China Tiba di Jakarta

Pembicaraan minggu ini adalah awal dari pertemuan puncak para pemimpin November yang Presiden Joko "Jokowi" Widodo katakan akan dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin meskipun Moskow diisolasi.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir

Tags

Terkini

Terpopuler