Waduh Gawat! Pemerintah Memperkirakan Gelombang Subvarian Baru Omicron Melonjak pada Juni, Juli

20 Juni 2022, 12:21 WIB
Makin bertambah, penderita Covid 19, dugaan karena munculnya sub varia baru dari Virus Omicron yaitu Omincron BA 4 dan BA 5./pikiran-rakyat.com /

CerdikIndonesia - Pemerintah telah berjanji untuk mempercepat pengiriman dosis vaksin booster ke populasi paling rentan di Indonesia karena diperkirakan gelombang Covid-19 baru, yang didorong oleh subvarian Omicron baru, akan melonjak dalam enam minggu ke depan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Senin mengatakan, perintah peningkatan upaya vaksinasi datang langsung dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

Di antara langkah-langkah itu adalah vaksinasi dosis ketiga wajib untuk menghadiri pertemuan publik, kata Budi.

Baca Juga: Meski Tuai Pro Kontra, Zulkifli Jadi Pimpinan Partai ke-4 Masuk Kabinet Jokowi

Perintah itu datang setelah negara tersebut mendeteksi Omicron BA.4 dan BA.5, subvarian terbaru virus dengan tingkat penularan yang lebih tinggi yang dapat menginfeksi individu yang divaksinasi lengkap.

"Pengamatan kami gelombang BA.4 dan BA.5 biasanya mencapai puncaknya satu bulan setelah penemuan kasus pertama," kata Budi saat konferensi pers, Senin.

"Minggu kedua dan ketiga Juli 2022 harus melihat puncak kasus dari penularan BA.4 dan BA.5," kata Budi.

Sejak bulan lalu, Indonesia telah menemukan delapan kasus Covid-19 dengan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Budi mengatakan, di Indonesia telah ditemukan delapan kasus Covid-19 Omikron subvarian BA.4 dan BA.5.

Tiga merupakan kasus impor yang melibatkan warga negara Mauritius, Amerika Serikat, dan Brasil yang datang ke Bali untuk acara Forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) bulan lalu. Sedangkan 5 kasus lainnya merupakan transmisi lokal di Jakarta, kata Budi.

Menteri mengharapkan peningkatan tingkat vaksinasi booster harus cukup untuk menjaga agar subvarian tidak menyebar.

“Orang yang telah divaksinasi dengan dosis ketiga memiliki kekebalan selama enam bulan,” katanya.

Baca Juga: Elite Washington Lebih Peduli dengan Perang Ukraina daripada Krisis Domestik Besar

Hanya 47,7 juta, atau 23 persen, dari 208,2 juta orang Indonesia yang memenuhi syarat telah menerima dosis vaksin ketiga mereka untuk melawan Covid-19.

Itu dibandingkan dengan 168,1 juta, atau 81 persen, yang mendapat suntikan dosis kedua.

Jumlah orang yang sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, jauh lebih tinggi.

Sebuah survei serologi pemerintah pada bulan Maret menemukan bahwa 99 persen populasi sudah mendapatkan antibodi, baik dari vaksinasi atau infeksi alami.

Namun, ahli epidemiologi memperingatkan bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 dapat menyebabkan infeksi terobosan dan menyebar seperti api pada populasi yang divaksinasi penuh.

Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Pusat Kesehatan Lingkungan dan Populasi di Griffith University Australia, mengatakan subvarian datang dengan mutasi pada gen L452 mereka, seperti varian Delta yang sangat menular.

"Itu membuat mereka, terutama Omicron BA.5, sangat mudah menulari orang," kata Dicky kepada saudara perempuan publikasi Globe, BeritaSatu.com, Minggu.

"Bahkan orang yang sudah terinfeksi Omicron BA.1, BA.2, dan BA.3 masih bisa terinfeksi lagi oleh BA.4 atau BA.5 ini. Itu kemampuan BA.4 dan BA5. Mereka bisa menginfeksi ulang, " ucap Dicky.

Dia merekomendasikan pemerintah memvaksinasi setidaknya 50 persen dari populasi yang memenuhi syarat dengan dosis ketiga pada akhir tahun ini.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan; menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan.

“Kalau mitigasinya kurang optimal, bisa jadi potensi kenaikan atau gelombang baru. Masker itu penting. Cuci tangan dan protokol kesehatan lainnya tetap penting untuk menekan penyebarannya,” kata Dicky.

Namun, Menteri Budi mengatakan pemerintah menahan diri untuk tidak memberlakukan kembali mandat masker di ruang terbuka.

Baca Juga: BTS Raih Album No 1 Keenam di Chart Billboard 200 Dengan 'Proof'

"Kita tetap tidak bisa memakainya di luar. Tapi kalau ada kerumunan atau ada yang batuk, atau kita sendiri merasa tidak enak badan, silakan pakai masker," kata Budi.

Ia menambahkan, penggunaan masker tetap dianjurkan untuk situasi di ruangan ber-AC dengan sirkulasi tertutup.

Juga, pemerintah mencatat subvarian BA.4 atau BA.5 menyebabkan lebih sedikit kematian dan rawat inap daripada subvarian Omicron sebelumnya.

Angka rawat inap subvarian hanya sepertiga dari subvarian Omicron sebelumnya, sedangkan angka kematian hanya sepersepuluh dari gelombang terakhir, kata Budi.

“Jadi meskipun BA.4 dan BA.5 telah menyebabkan peningkatan kasus di beberapa negara di dunia, namun puncak rawat inap dan kematian jauh lebih rendah dibandingkan varian awal Omicron,” kata Menkes Budi.***

Editor: Yuan Ifdal Khoir

Tags

Terkini

Terpopuler