CERDIKINDONESIA - 30 September merupakan hari peringatan tentang pemberontakan keji yang disebut G30S/PKI.
Hal ini tentunya menjadi sejarah dan sebagai pengingat bahwa betapa berbahayanya paham Komunisme.
Berikut ini adalah kronologi dari pemberontakan G30S/PKI yang dibuat untuk mengingat lagi kondisi mencekam pada saat itu.
Baca Juga: 6 Fakta Film Pengkhianatan G30S PKI, dari Film Termahal hingga Bagian Propaganda Soeharto
Pemberontakan PKI pertama kali terjadi di Madiun, yang merupakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia.
Pada saat itu, pemberontakan PKI di Madiun dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan Musso.
Mereka bertujuan meruntuhkan pemerintah RI untuk kemudian diganti dengan pemerintah yang berdasar paham Komunisme.
Pada 18 September 1948, PKI berhasil menguasai Madiun dan sekitarnya.
Dan kemudian mereka mengumumkan berdirinya Soviet Republik Indonesia (SRI).
Dalam usaha mengatasi keadaan itu, Panglima Jenderal Sudirman segera memerintahkan Kolonel Gatot Soebroto di Jawa Tengah.
Baca Juga: Lirik, Arti, dan Makna Lagu Genjer-Genjer, yang Didentikkan dengan G30SPKI
Serta Kolonel Soengkono di Jawa Timur agar mengerahkan kekuatan TNI dan polisi untuk menumpas kaum pemberontakan.
Pada 30 September 1948, seluruh kota Madiun dapat direbut kembali oleh TNI.
Musso yang melarikan diri ke luar kota dapat dikejar dan ditembak mati.
Sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, lalu dihukum mati.
Namun di awal tahun 1960, kondisi ekonomi begitu memprihatinkan dan kondisi sosial politik penuh gejolak.
Hal itu kemudian dimanfaatkan PKI untuk berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan.
Baca Juga: Mengenal Sunda Wiwitan, Agama Suku Baduy yang Baju Adatnya Dipakai oleh Jokowi
Puncak ketegangan politik pun terjadi secara nasional pada dini hari 30 September 1965.
Di mana terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung.
Berikut adalah tujuh perwira TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh pemberontak G30S/PKI.
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal R. Suprapto
3. Mayor Jenderal M.T Haryono
Baca Juga: Tidak Sinkronnya Pengakuan Yoris dan Yosef dalam Kasus Pembunuhan di Subang, Siapa yang Benar?
4. Mayor Jenderal S. Parman
5. Brigadir Jenderal D.I Panjaitan
6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Para perwira TNI AD itu kemudian dikenal dengan nama pahlawan revolusi.
Peristiwa pembunuhan oleh pemberontak G30S/PKI juga terjadi di Yogyakarta.
Yang mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yaitu Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Dalam peristiwa tersebut, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari pembunuhan.
Akan tetapi, puteri beliau yang bernama Ade Irma Nasution tewas akibat tembakan para pemberontak.
Sebagai reaksi dari pemberontakan itu, Presiden Soekarno memberi tugas kepada Mayor Jenderal Soeharto.
Di mana Soeharto menjabat sebagai Panglima Kostrad, untuk memimpin operasi penumpasan terhadap G30S/PKI.
Pada 1 Oktober 1965, pasukan berhasil merebut kembali RRI dan Kantor Telekomunikasi.
Baca Juga: Biodata 9 Istri Presiden Soekarno beserta Kisah Asmaranya, Fatmawati Ternyata Istri Ketiga
2 Oktober 1965, operasi di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil menguasai beberapa tempat penting.
Termasuk daerah sekitar Bandara Halim Perdanakusuma yang menjadi pusat kegiatan G30S/PKI.
Dan pada 3 Oktober 1965, dilakukan operasi pembersihan di daerah lubang buaya.
Atas petunjuk polisi, akhirnya ditemukan sebuah sumur tua tempat jenazah para perwira TNI AD dikuburkan.***