Stok Beras 2020 Lebih Sedikit, Pemerintah Perlu Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Akhir Tahun

3 Desember 2020, 09:57 WIB
Ilustrasi beras. /Pixabay/ImageParty

CerdikIndonesia - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Galuh Octania mengatakan pemerintah harus mengambil langkah terkait potensi kenaikan harga beras di akhir tahun.

"Laporan Indeks BURT (Indeks Bulanan Rumah Tangga) yang rutin dikeluarkan oleh CIPS setiap bulan menunjukkan harga beras kualitas medium sejak Oktober memang terpantau stabil tinggi di kisaran Rp12.500 per kilogram. Namun, harga ini berpotensi untuk mengalami kenaikan jelang Natal dan Tahun Baru 2021," kata Galuh Octania, Kamis, 3 Desember 2020.

Baca Juga: Rumah Rizieq Dikepung Brimob, Tagar #Petamburan Trending di Twitter

Menurutnya, jumlah stok sebanyak 1,1 juta ton saat ini tidak hanya menandakan lebih rendahnya stok dibanding tahun 2019 yang berjumlah 2,24 juta ton.

Namun, hal tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan stok beras 2018 sebanyak 2,19 juta ton.

Baca Juga: Dihalangi Laskar FPI, Polisi Batal Berikan Surat Panggilan Kedua Rizieq Shihab

Walaupun demikian, tambahnya, jumlah stok beras saat ini masih lebih tinggi kalau dibandingkan dengan stok 2017 yang tercatat sebanyak 900.000 ton.

"Jika melihat perbandingan yang kurang lebih sama dengan keadaan di tahun 2017, Indonesia harus dapat mengantisipasi ketersediaan beras, tidak hanya untuk menghadapi libur akhir tahun akan tetapi juga menghadapi kebutuhan tahun 2021," ujarnya.

Baca Juga: Benarkah Semua Doa Pasti Dikabulkan? Simak Dalilnya

Merefleksi pengalaman stok di tahun 2017, saat itu pemerintah terpaksa melakukan impor beras sepanjang 2018.

Untuk itu, peluang berulangnya keadaan seperti ini di tahun 2021 seharusnya sudah diantisipasi sesegera mungkin.

Baca Juga: 3 Alasan Rasulullah dan Keutamaan Puasa Sunnah Senin Kamis

 "Perhitungan akan impor harus dikalkulasikan sedini dan seefektif mungkin untuk menghindari kerugian akibat tingginya harga beras dan panjangnya birokrasi impor," katanya.

Selain panjangnya proses birokrasi impor, ia juga mengemukakan bahwa Indonesia juga perlu untuk mewaspadai maraknya perilaku proteksionisme akibat pandemi COVID-19.

Baca Juga: Profil Yasin Limpo Menteri KKP ad interim yang Lengserkan Luhut

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama November 2020, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 1,93 persen dan rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan turun sebesar 1,00 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga: Gantikan Luhut, Jokowi Tunjuk Mentan Yasin Limpo Sebagai Menteri KKP ad interim

"Ada penurunan yang tajam untuk GKP secara month to month yaitu sebesar 1,93 persen dibandingkan gabah kering giling (GKG) yang sebesar 1,74 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam paparan di Jakarta, Selasa.

Menurut Setianto, tren penurunan harga gabah terjadi karena sejumlah alasan di antaranya pasokan yang masih terjaga, sebab sejumlah wilayah masih musim panen.***

Editor: Arjuna

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler