CerdikIndonesia - Wak Wak Gung merupakan lagu daerah asal DKI Jakarta. Lagu ini kerap digunakan pengiring permainan anak-anak.
Berikut liriknya:
Wak Wak Gung
Wak wak gung nasinye nasi jagung alapnye lalap putat
sarang goak dipoon jagung gang ging gung
Pit a la ipit anak satu kejepit sipit
maen-maenan anak Betawi
Rame-rame maenya di pinggir kali
Bulannye timbul gede sekali
Cahayanye aduh terang sekali
Lan lan tok bulannye s’gede batok
nggak abis buat besok eh nyang jadi musti dipatok
Pit a la ipit anak satu kejepit sipit
Baca Juga: Lagu Daerah Oray Orayan Asal Jawa Barat: Lirik, Arti, dan Makna
Baca Juga: Lagu Daerah Paris Barantai Asal Kalimantan Selatan: Lirik dan Makna
Lagu ini biasa dinyanyikan anak-anak saat tengah bermain di luar ruangan. permainan Wak Wak Gung telah dikenal masyarakat Betawi sejak zaman penjajahan Belanda.
Di dalam permainan yang juga disebut sebagai Ular naga ini terdapat dua orang penjaga berhadapan dan saling berpegangan tangan yang kemudian diangkat ke atas membentuk kerucut, sehingga jika diturunkan akan memerangkap pemain di dalamnya.
Kedua orang penjaga itu diibaratkan sebagai bulan dan matahari.
Permainan Wak Wak Gung pada umumnya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 6 hingga 12 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Jumlah pemainnya mulai dari 8 orang hingga mencapai 20 orang.
Baca Juga: Profil Abdul Gafur, Staf Sri Mulyani yang Pidatonya Menggemparkan Boston University
Baca Juga: Jatuh Bangun Gani, Anak Pedagang Kecil yang Raih Cumlaude di Unisba
Dari sekian banyak pemain tersebut, hanya dua orang yang menjadi induk ayam atau ulung (bulan atau bintang), sedangkan sisanya akan dibagi dua grup setelah dalam permainan terjaring dan memilik salah satu induk ayam.
Luas arena permainan yang diperlukan bergantung dari banyak sedikitnya pemain. Jika pemain kurang dari 20 orang, maka luas arena hanya berukuran 5 x 5 meter persegi.
Dikutip dari website Kemdikbud, jika pemain sekitar 20 orang maka luasnya diperlebar menjadi 8 x 8 meter persegi.
Di tengah-tengah arena akan dibuat sebuah garis batas yang nantinya akan dipergunakan sebagai batas kalah atau menang saat kedua regu saling tarik-menarik.
Dengan luas yang maksimal hanya 16 meter persegi, maka pekarangan rumah atau tanah yang agak lapang pun dapat dijadikan arena permainan.
Pada zaman sekarang permainan ini jarang didapati di Kota Jakarta.
Bagaimana denganmu, pernahkah memainkannya?