Azzania menjelaskan, vaksin adalah suatu antigen asing yang disuntikan kepada orang yang sehat. Pada macam-macam vaskin digunakan jenis antigen yang berbeda juga.
Antigen yang digunakan ada yang berupa inactive virus seperti pada Sinovac, ada juga yang berupa MRNA.
Vaksin memiliki 2 faktor perbedaan yaitu pada antigen dan adjuvant. Sebelum disebarluaskan, vaksin perlu melalui clinical trial, yaitu yang pertama akan diujikan kepada hewan, lalu diuji kepada manusia,dan setelah lulus akan disebarluaskan untuk digunakan.
Vaksin SARS-COV2 juga memiliki efikasi yang berbeda-beda. Efikasi bergantung pada sifat DNA orang yang disuntikan dan perkembangan virus itu sendiri.
Karena itu, efikasi pada berbagai negara memiliki perbedaan. Sifat DNA dari manusia di satu negara akan berbeda dengan negara yang lain. Hal tersebut juga berlaku dalam perkembangan virus.
Di Indonesia virus SARS-COV2 akan berbeda perkembangannya dengan negara di belahan dunia yang lain. Oleh karena itu, efikasi vaksin di Indonesia juga akan berbeda dengan efikasi di negara yang lain.
Rational Drug Design
Saat ini, SARS-COV2 sudah memiliki treatmen yang dapat dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh dari mempelajari cara virus menyerang tubuh manusia, maka peneliti dapat mendesain obat yang dapat mencegah hal tersebut. Proses itu dinamakan Rational Drug Design.
Sebelum ditemukan teknologi tersebut, para peneliti merancang obat dengan cara mencobakannya satu per satu senyawa kepada virus lalu mendapatkan hasil. Namun sekarang sudah menggunakan komputasi bioinformatics.