CERDIKINDONESIA – Sebenarnya tidak masalah jika sedang berada di situasi dimana kita merasa sedang tidak baik-baik saja.
Tetapi, banyak orang yang mengabaikan hal tersebut dan memilih berusaha terlihat baik-baik saja dan menutupi kesedihan mereka.
Hal tersebut dikenal dengan istilah Toxic Positivity. Istilah tersebut seperti sebuah paradoks; seseorang mengatakan dan berusaha terlihat baik-baik saja, padahal dia sedang merasakan emosi dan kesedihan yang negatif.
Biasanya, orang-orang seperti itu tidak mau terlihat lemah di depan orang lain. Mereka ingin selalu terlihat kuat dan mampu mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.
Kalimat positif biasanya keluar ketika seseorang sedang berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri agar cepat bangkit dalam keterpurukan.
Toxic positivity bisa juga muncul dari orang lain sebagai ucapan penyemangat yang malah menjadi sesuatu yang menyedihkan bagi orang yang sedang mengalami masalah.
Selain itu, toxic positivity yang muncul dari luar diri seseorang biasanya menjadi paksaan atau dorongan kepada seseorang yang sedang merasakan sedih untuk mengambil sisi positif dari kejadian yang dia alami tanpa memberikan kesempatan untuk meluapkan emosinya.
Residen Psikiatri di RS Muwardi Solo, dr. Jiemi Ardian mengatakan kalimat seperti "Kalau kamu tetap positif, kamu akan mengatasi segala kesulitan yang ada".
Baca Juga: Kupas Tuntas Bahayanya Virus Flu Burung Jenis H10N3, Kenali Fakta Berikut
Kalimat tersebut merupakan bentuk pengabaian perasaan yang sesungguhnya dirasakan oleh seseorang yang sedang bermasalah.
Hal tersebut seakan perasaan negatif yang dialami dan ingin diungkapkan orang tersebut tidak penting bagi lawan bicaranya.
Ternyata, hal ini dapat mengganggu Kesehatan mental manusia. Mengapa demikian?
Pertama, kebanyakan orang yang bercerita tentang masalah yang sedang ia hadapi, terkadang hanya butuh orang lain sebagai tempat untuk meluapkan emosi dan kesedihannya. Tidak semua orang bercerita untuk mendapatkan nasehat dari orang lain.
Baca Juga: Inilah 5 Cara Agar Bodi Mobil Tetap Terjaga dan Mengkilap Tanpa Ke Bengkel
Sebenarnya seseorang yang sedang berada dalam masalah atau merasakan kesedihan mengetahui apa yang harus dilakukan. Hanya saja ia membutuhkan waktu untuk menyembuhkan kesedihan atau kekecewaannya.
Kedua, apabila emosi negatif terus dipendam lama kelamaan akan menumpuk dan memicu seseorang menjadi stress maupun sakit psikis serta fisik atau biasa disebut psikosomatis.
Saat seseorang sedang merasa tertekan atau bersedih, ia cenderung memaksakan diri untuk tetap berpikiran positif atau bahagia. Bahkan tidak jarang seseorang berpura-pura tidak mengalami apa-apa untuk menutupi kesedihan yang dirasakan.
Baca Juga: Sempat Viral Pesepeda Arogan! Kali Ini Polda Tetapkan Tilang Bagi Pesepeda yang Keluar Jalur
Hal yang sangat mungkin bisa terjadi adalah seseorang menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai harapannya maupun harapan yang bersumber dari ekspektasi masyarakat.
Penyalahan diri ini diakibatkan oleh rasa kecewa akibat harapan yang tidak tercapai dan berujung menjadi tambahan emosi negatif yang ada pada diri seseorang.
Jadi hal terbaik yang harus dilakukan agar terhindar dari dampak negatif toxic positivity adalah dengan mengakui dan membiarkan diri merasakan kesedihan dan kekecewaan.
Baca Juga: Lirik Lagu Lesty Kejora - Bawa Aku Ke Penghulu
Tidak perlu terburu-buru menimpa pikiran dengan sikap positif yang tidak nyata. Seseorang harus mampu bersikap jujur pada diri sendiri ketika menghadapi sebuah realitas.
Tak perlu hidup dalam paksaan bahwa selalu bersikap positif adalah suatu hal yang paling tepat.***