Credit Suisse menamai sampah plastik sebagai salah satu tantangan lingkungan terbesar planet Bumi, menurut laporan SBS. Beberapa negara maju, karenanya, bersiap menerapkan “pajak pemakaian plastik” demi mengatasi masalah ini.
Baca Juga: Belum Sebulan Balik, Habib Rizieq Siap Konsolidasi dan Tablig Akbar Keliling Indonesia
Konsumsi dan pemakaian plastik tanpa kendali, menurut Credit Suisse, sebagian disebabkan keputusan Tiongkok mengetatkan standar kontaminasi dan berhenti mengimpor sampah daur ulang dari beberapa negara. Akhir 2018, Tiongkok melarang pengimporan 24 jenis limbah dari negara-negara pengekspor sampah, seperti dilaporkan Greenpeace.
Baca Juga: Tagar Nabi Trending Topik di Twitter Hari Ini, Ini Asal Mulanya
Ambil contoh Australia yang terbiasa mengekspor lebih dari 4,2 juta ton sampah daur ulang ke negara lain dari 2016-2017. Lebih dari 1.2 juta ton dari sampah tadi diambil Tiongkok, sisanya disebar termasuk ke Indonesia. Dengan pengetatan aturan tersebut, 99 persen sampah yang biasanya diekspor Australia ke Tiongkok terpengaruh.
Baca Juga: Datangkan 10 Ribu Tamu di Nikahan Najwa Shihab Putrinya, Rizieq Dihukum Denda Rp50 Juta