CERDIKINDONESIA - Pemerintah Arab Saudi menghadirkan Ka'bah di metaverse sudah diinisiasi pada Senin, 13 Desember tahun lalu.
Proyek tersebut di luncurkan oleh Imam Besar Masjidil Haram, Syeikh Abdurrahman Sudais, pembuatan Ka'bah di metaverse berkolaborasi dengan Universitas Umm al-Qura dan Administrasi Urusan Pameran dan Museum Arab Saudi.
Rancangan pemerintah Arab Saudi pun menyita perhatian umat Muslim.
Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam pun angkat bicara, kunjungan Kabah lewat metaverse tidak bisa dipraktikan dalam ibadah haji. Pasalnya, ibadah haji memerlukan beberapa ritual yang membutuhkan kehadiran fisik.
"Pelaksaan ibadah haji dengan mengunjungi Kabah secara virtual tidaklah cukup, dan tidak memenuhi syarat karena aktifitas ibadah haji. Tata caranya pelaksanaannya sudah ditentukan. Ada beberapa ritual yang membutuhkan kehadiran fisik," ujar Asrorun, selasa 8 Februari 2022.
Salah satu tokoh umat Islam di Indonesia, Anwar Abbas menegaskan bahwa mengelilingi Ka'bah di metaverse tidak dianggap sebagai bagian dari ibadah haji.
Pasalnya hal itu tidak memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan ibadah haji, sebab seharusnya ibadah haji dilakukan secara fisik dengan datang langsung ke tanah Mekkah.
"Kalau ada orang yang akan menyelenggarakan ibadah haji secara virtual via metaverse berarti dia ibadah hajinya tidak secara fisik tapi hanya penglihatan saja, maka hal demikian tentu sudah jelas tidak masuk ke dalam kategori sedang melaksanakan ibadah haji," kata Anwar, Kamis 10 Februari 2022.
Anwar Abbas kemudian memaparkan terkait kegiatan-kegiatan tertentu dalam melaksanakan ibadah haji yang tak mungkin dilakukan melalui virtual.
Seperti misalnya kegiatan di Padang Arafah, melempar jumrah di Mina, tawaf di Ka'bah, hingga sa'i antara Shafa dan Marwa.
Terlebih kegiatan ibadah haji tersebut harus dilakukan dengan bulan yang sudah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.
"Ini artinya kalau ada orang yang tidak bisa hadir di Padang Arafah pada waktu yang telah ditentukan oleh syarat tersebut, maka yang bersangkutan secara syar'iyah tidak bisa diakui telah melaksanakan ibadah haji karena yang bersangkutan tidak bisa hadir ditempat dimaksud pada waktu yang telah ditentukan," ujarnya.
"Belum lagi yang menyangkut mabit di Muzdalifah, melempar jumrah di Mina, tawaf di Ka'bah, serta sa'i antara Shafa dan Marwa. Itu semua harus dilakukan secara fisik di tempat dan waktu yang sudah ditentukan oleh syara," sambungnya membambahkan.
Kendati demikian, Anwar Abbas tetap mengapresiasi pembangunan Ka'bah virtual tersebut, sebab terdapat hal-hal positif yang didapat.
Menurutnya, dengan adanya Ka'bah di metaverse itu tentunya akan memotivasi umat Islam untuk pergi melaksanakan ibadah haji ke tanah suci di dunia nyata.
Baca Juga: DAPAT CASHBACK! Aktifkan 10 Kode Promo Gojek Bulan Februari 2022 untuk Menangkan Voucher Diskonnya!
"Sia-sia kah perbuatan tersebut? Saya rasa tidak, karena hal demikian jelas akan menimbulkan kebaikan dan manfaat bagi yang bersangkutan karena dengan itu dia akan tahu banyak tentang hal-hal yang terkait dengan masalah haji," pungkasnya.***