Meski demikian, masyarakat setempat menempatkan tokoh adat ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai (cerdik cendekia) sebagai unsur kepemimpinan di Minangkabau. Tiga unsur ini disebut Tungku Tigo Sajarangan.
"Jadi ke mana para cendekiawan yang dibilang cadiak pandai? Ini benar kan dulu setingkat loh, mungkin yang istilahnya Tungku Tigo Sajarangan alim ulama, cerdik pandai, yang satu lagi penghulu apa, ya? Kan, mendapatkan tempat yang sama di rumah gadang itu," ujar Mega.
Selain itu, Mega juga merasa heran saat dirinya dan puterinya, Puan Maharani pernah menjadi sasaran perundungan. Padahal, sepengetahuan Mega, di Sumatera Barat terdapat konsep Bundo Kanduang atau pemimpin wanita di Minangkabau.
"Kan, ada Bundo Kanduang, ya? Nah, jadi itu maksud saya apakah itu sudah tidak berjalan lagi?" kata Mega.
Sebelumnya, pada tahun 2020 momen Pilkada Serentak, Anaknya Megawati Soekarnoputri Puan Maharani mengeluarkan pernyataan yang tak disukai masyarakat Sumbar.
Saat itu Puan berharap Sumatera Barat bisa menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila.***