Presiden Jokowi Gaungkan Kampanye Benci Produk Asing, Ternyata Ini Dasarnya

- 5 Maret 2021, 14:19 WIB
Presiden Joko Widodo mengomentari adanya varian baru virus corona yang masuk ke Indonesia.*
Presiden Joko Widodo mengomentari adanya varian baru virus corona yang masuk ke Indonesia.* /setkab.go.id/ Biro Pers Setpres/ Lukas

 

Baca Juga: Menpan RB Tjahjo Kumolo Resmi Umumkan Kuota Pembukaan CPNS 2021, Simak Bocorannya di SIni

“Kampanye cintai produk Indonesia dan benci produk impor merupakan pernyataan atas kekesalan atas praktik perdagangan digital yang berperilaku tidak adil terhadap UMKM. Presiden Joko Widodo mengingatkan, praktik perdagangan digital saat ini membunuh UMKM. Untuk itu, kita harus membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM agar naik kelas,” jelas Mendag

Namun demikian, Mendag menegaskan, pernyataan tersebut bukan berarti Presiden anti impor. Di bagian lain sambutannya, imbuh Mendag, Kepala Negara juga menyatakan bahwa Indonesia bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme justru merugikan. Tetapi Indonesia juga tidak boleh menjadi korban ketidakadilan dari raksasa digital dunia. Transformasi digital adalah win-win solution bagi semua pihak.

“Untuk itu, pernyataan Presiden tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, tapi kita jadikan penyemangat untuk kita mendorong produk lokal meningkatkan kualitasnya dan mendorong kita semua untuk mencintai produk-produk lokal,” ujar Mendag.

Perhatikan Pasar Ekspor
Pada Rakernas tersebut, Presiden juga meminta jajaran Kemendag untuk memberikan perhatian serius pada pasar ekspor. Pasar-pasar nontradisional terus diperluas, tidak hanya terpaku pada pasar ekspor yang itu-itu saja, misalnya Uni Eropa dan Amerika.

“Banyak negara-negara yang pertumbuhan ekonominya lebih dari lima persen, di Asia Selatan, di Eropa Timur, dan negara-negara lainnya. Harus diseriusi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Presiden meminta agar UMKM dibantu untuk dapat merambah pasar ekspor. Menurutnya, Indonesia perlu UMKM yang menjadi eksportir dalam jumlah yang besar. Saat ini 90 persen pelaku ekspor adalah UMKM, namun kontribusi ekspornya hanya 13 persen. Artinya, kapasitasnya perlu ditambah dan diperbesar.

“Saya tahun lalu mengingatkan kepada Menteri Perdagangan, Dewan Penunjang Ekspor dihidupkan lagi, membantu UMKM agar bisa memperbaiki produksinya, membantu UMKM memperbaiki desainnya, membantu UMKM memperbaiki packaging-nya, sehingga kualitasnya menjadi lebih baik dan ini harus berkolaborasi dengan kementerian/lembaga yang lain, institusi yang lain, dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM kita di pasar global,” jelasnya.

Selain itu, Presiden juga mendorong agar penyelesaian perundingan dengan negara-negara potensial dipercepat. Ini adalah agenda prioritas karena menurut Presiden, di masa-masa seperti ini Indonesia membutuhkan pasar ekspor baru.

Halaman:

Editor: Shela Kusumaningtyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah