Febri Diansyah Mundur dari KPK, Teman Kuliahnya Ikut Buka Suara

27 September 2020, 09:14 WIB
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Febri Diansyah mengangkat kartu identitas pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) usai menyampaikan pengunduran dirinya sebagai pegawai dari lembaga anti korupsi tersebut di gedung KPK, Kamis 24 September 2020. Mantan Juru Bicara KPK tersebut mengundurkan diri sebagai Kepala Biro Humas sekaligus Pegawai KPK karena merasa kondisi politik dan hukum telah berubah tidak sesuai dengan semangat independensi sebagai lembaga pemberantas korupsi seperti awal diri /ANTARA//Muhammad Adimaja/

CerdikIndonesia - Febri Diansyah membulatkan tekad untuk mengundurkan diri dari jabatannya di KPK. Kabar ini juga ia umumkan melalui akun Twitter resminya @febridiansyah pada 25 September 2020. 

 

Febri menjabat sebagai Kepala Biro Humas KPK. 

Baca Juga: Tanya Jawab Seputar Beasiswa Teladan Tanoto 2021, Penting Diketahui!

Kiprahnya di KPK sudah diawali sejak tahun 2016. 

 Baca Juga: Siap-Siap Menahan Sedih, Inilah Lirik Lagu Aku dan Dirimu, Duet BCL dan Ari Lasso

Dalam akun Twitternya, ia mengungkapkan alasan yang melatari keputusannya mengundurkan diri. 

Baca Juga: Catat Beasiswa Teladan dari Tanoto Foundation Dibuka Sampai 30 September, Jangan Sampai Ketinggalan!

"Sebelum akhirnya saya memutuskan ini, seorang teman bilang: Feb, jabatan, kekuasaan bahkan penghasilan ini semua tidak sebegitu pentingnya dibanding merawat keyakinan dan prinsipmu. Dan kemudian saya bilang: Ya, dalam segala kecintaan pada KPK, Saya Pamit..," tulis Febri seperti yang dikutip Cerdik Indonesia. 

Baca Juga: Selamat, Titi Rajo Bintang Dikaruniai Bayi Laki-Laki!

Febri lebih memilih untuk merawat keyakinan dan prinsipnya. Meskipun sebenarnya dia mencintai KPK, tempatnya bekerja selama empat tahun belakangan ini. 

Baca Juga: Simak Lirik Lagu Somebody Else yang Dibawakan The 1975

Setelah ia mencuitkan keputusan mundurnya, para warganet ramai membanjiri tab balasan akun Twitternya. 

 Salah satu yang memberikan respons atas cuitan Febri Diansyah adalah akun Twitter @alimurtado_id. Ia mengaku sebagai kawan kuliah Febri dan saat ini berdomisili di Doha Qatar. 

Baca Juga: Disebut Lari dari Perang setelah Mundur dari KPK, Ini Tanggapan Febri Diansyah

Berikut kami cuplik isi twit Ali Murtado yang ia unggah pada 25 September 2020.

 

a. Boleh jadi saya bukan sahabatnya yang terdekat. Tapi setidaknya saya mengenalnya cukup lama, 18 tahun. Ini cerita tentang Si Bung. Tentu akan subyektif. Tapi inilah Bung

@febridiansyah

yang saya kenal. #CeritaSiBung

Baca Juga: Baru-Baru Ini Viral di Tiktok, Berikut Lirik Lagu You Got It dari Vedo

b. Saya mengenal si Bung ketika kami sama-sama masuk

@law_ugm

tahun 2002. Kami sama2 nge-kos di Sagan. Kos2annya dulu adalah yang paling sederhana bahkan mungkin paling ‘memprihatinkan’ di Sagan. Tapi dari keprihatinan itu, sepertinya dia belajar memimpin. #CeritaSiBung

Baca Juga: Ingat, Mulai Oktober Google Meet Batasi Rapat Gratis

c. Kebiasaannya yg selalu sy ingat adlah datang ke kampus dgn sepeda ontel, kaos oblong dan tas selempang mirip kantong terigu, yg ia isi dgn satu-dua buku. Saya tak seberapa ingat buku hukum apa yg dia bawa. Tapi sy ingat tetralogi-nya Pram selalu mengisi tas kantong terigunya itu.

Baca Juga: Penggemar Tiktok, Inilah Lirik Lagu Love Story dari Taylor Swift Lengkap dengan Terjemahannya

d. Dari awal, Si Bung sudah memperlihatkan bakat kepemimpinan yg menonjol. Dia kritis tapi juga pandai merangkul (memobilisasi?) kawan-kawannya. Dia terbiasa bersilang pendapat, tp itu ia lakukan dgn tutur kata lembut dan dg ketenangan yg jarang dimiliki oleh orang-orang sebayanya.

 

e. Bukan hanya brilian dalam menyusun argumen hukum yang kukuh. Si Bung juga sepertinya memiliki nyali yang tak mudah runtuh. Ia juga seorang yang wara' (menjaga diri). Soal yang terakhir ini saya ada cerita sendiri. #CeritaSiBung

Baca Juga: Dinyanyikan Adele dengan Suara Melengking, Inilah Lirik Lagu Set Fire To The Rain

f. Jadi, menjelang akhir kuliah seorang dosen mendekati dia. Kebetulan IPK si Bung nyaris Cum Laude. Hanya kurang nol koma nol sekian. Merasa 'iba', Pak Dosen menawari utk mengulang satu mata kuliahnya sehingga ada kmungkinan si Bung mndapat nilai A, dan IPK-nya mnjadi Cum Laude.

 

g. Si Bung menolak tawaran baik Pak Dosen. Entahlah. Mungkin karena sudah ingin cepat2 lulus atau (ini yg paling mungkin) utk menghindari hutang budi seakan2 dia dapat Cum Laude karena jasa Pak dosen tadi. Akhirnya sampai lulus, Si Bung tetap puas dengan predikat nyaris Cum Laude.

Baca Juga: Lirik Lagu Boss Bitch dari Doja Cat, Yang Viral di Tiktok Bagian I'm A Boss

h. Semasa kuliah, si Bung aktif di

@mahkamahnews

, Persma-nya FH UGM. Saya selalu menikmati tulisan-tulisannya. Dia menulis dgn gaya bahasa sastrawi, tapi tetap ringan. Istilah nya nggak ndakik-ndakik. Saya ga tau apakah kemampuannya itu pernah dia gunakan untuk menggombal

 
i. Tulisannya yg tajam dan kritis bisa menyasar siapapun. Dari aparat pmerintah, birokrat kampus bhkan kami, sesama mahasiswa. Sy ingat ktika kami dari Dewan Mahasiswa mnyampaikan Laporan Pertanggungjawaban, sidang berlangsung sampai dini hari, krna si Bung mnghujani kami dg kritik.
 
j. Lepas kuliah, kami berpisah jalan. Saya di birokrasi, dan si Bung di lembaga swadaya masyarakat antikorupsi. Kami jarang bertemu, tapi selalu berusaha menjaga komunikasi. Saya lihat saat itu namanya sudah berulangkali nangkring di rubrik opini Kompas. #CeritaSiBung
 
k. Ketika saya menikah, Si Bung menyempatkan datang. Bukan cuma datang, dia jg menyampaikan sambutan. Sambutannya akan selalu saya kenang sampai kapanpun. Bayangkan saja, saya menikahi perempuan Jawa dengan segala adat istiadatnya. Dan si Bung memberikan sambutan dgn gaya Minke.
 
l. Ketika diangkat sbg jubir KPK saya sengaja mngurangi komunikasi dngannya. Bukan apa-apa, selain karena alasan profesional jg krena saya tdk ingin mngganggu waktunya. Bbrpa kali dia mmpersilahkan sy main ke rumahnya (mugkin utk pamer ikan hiasnya), tapi saya sungkan menerimanya.
 
m. Ketika saya akan berangkat ke Doha saya sempat mengunjunginya di kantornya. Banyak yang menduga kami berbincang hal serius, padahal tidak ada yang serius. Cuma soal siomay, batagor dan sesekali nasi padang.
 
n. Satu-satunya yang serius adalah sarannya kepada saya untuk membuat akun medsos. Katanya, sekedar untuk bercerita ttg matahari di Doha. Karena saran itu pula, bulan lalu akhirnya sy membuat akun twitter. Si Bung pula yg mnjelaskan apa itu utas dan cara membuatnya. 
 
o. Hari ini si Bung mengambil jalan baru. Mengundurkan diri dari lembaga yg sgt dicintainya. Saya tidak terkejut, meski tidak mnyangka akan seringkas ini. Mungkin dia ingin menjalankan bhw tugas manusia adalah menjadi Manusia. Tak harus dgn 'M' besar. Tapi cukup dg kontribusi besar.
 
p. Selamat meneruskan perjalanan, Bung. Seperti katamu, 'kita tak pernah benar2 berpisah, kita hanya membagi tugas'
 
 

 

 

Editor: Shela Kusumaningtyas

Tags

Terkini

Terpopuler