Komunitas adat Indonesia ditetapkan pemenang Equator Prize 2020

8 September 2020, 17:49 WIB
Komunitas adat Indonesia /

New York - Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang  dinobatkan sebagai salah satu penerima Equator Prize 2020. Penghargaan ini diberikan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan para mitranya.

 Baca Juga: Kawal Nilai Bisnis agar Tetap Atraktif di Tengah Pandemi: Dari Simulasi Skenario sampai Opsi Litigas

Pengumuman ini bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni.

Terdiri dari 11 kelompok adat yang tersebar di areal seluas 20.000 km2, Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) berhasil mengadvokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia, di mana pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama tentang pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.

 Baca Juga: Project Financing sebagai Stimulus Pelaku Industri Kreatif dan Lifestyle Bertahan di Masa Pandemi

Pada tahun 2019, Rumah Panjang Dayak Iban Sungai Utik Indonesia, dari Kalimantan Barat memenangkan Equator Prize.

Equator Prize memberi pengharggan kepada 10 komunitas lokal dan adat dari seluruh dunia. Organisasi pemenang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi kehilangan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

 Baca Juga: Ban Mobil Lebih Awet dengan Hindari Tiga Kebiasaan Ini

Selama bertahun-tahun, para pemenang Equator Prize yang mewakili komunitas adat telah mendorong untuk mengadopsi cara yang lebih baik untuk hidup berdampingan dengan alam, mengakui dan menghormati hubungan antara kesehatan manusia dan planet ini. Sekarang, mereka mengulangi pesan itu dengan mempertimbangkan virus Corona — bagaimana perlindungan, penggunaan berkelanjutan, dan pemulihan alam dapat memastikan kesejahteraan dan mata pencaharian bagi masyarakat di seluruh dunia.

 Baca Juga: Laju Kendaraan Makin Stabil dengan Rutin ‘Reset’ Posisi Ban

“Komunitas kami yang terdiri dari 3.000 orang telah dengan cepat merespon dampak COVID-19 untuk menyelamatkan masyarakat dari kelaparan. Kami memenuhi  kebutuhan pangan dasar untuk lebih dari 7.500 orang setiap minggu dari kebun komunitas model pertama kami. Tujuannya sekarang adalah untuk memotivasi penduduk desa untuk mereplikasi ide tersebut. Memastikan keamanan pangan dengan meningkatkan upaya konservasi sangat penting ”, kata Nelson Reiyia, Direktur di Nashulai Maasai Conservancy, yang merupakan salah satu organisasi pemenang Equator Prize yang baru.

 Baca Juga: Penyandang Diabetes harus mencapai Target Gula Darah agar terhindar dari risiko perparahan COVID-19

Ini adalah pertama kalinya Equator Prize diberikan kepada kelompok-kelompok dari Kanada dan Myanmar. Pemenang juga berasal dari Republik Demokratik Kongo, Ekuador, Guatemala, Indonesia, Kenya, Madagaskar, Meksiko dan Thailand. Selama ‘Super Year for Nature ', pendekatan mereka mencontohkan tindakan apa yang dapat diambil untuk melindungi ekosistem dan

 

keanekaragaman hayati yang penting bagi generasi yang akan datang. Prestasi para pemenang juga menunjukkan bagaimana masyarakat adat dan komunitas lokal mengatasi ketertinggalan dan diskriminasi dalam mendukung komunitas mereka, dan dunia secara secara lebih luas.

 Baca Juga: Supercar Challenge yang Didukung Hankook Memulai Musim Balap 2020

“Ketika alam kita menghadapi berbagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Equator Prize menampilkan berbagai solusi berbasis alam yang luar biasa yang dipelopori oleh komunitas lokal dan masyarakat adat,” kata Administrator UNDP, Achim Steiner.

 

“Memang, ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali dengan lebih baik setelah pandemi COVID-19, cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem, keanekaragaman hayati dan mengatasi perubahan iklim ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya - saya berharap bahwa upaya luar biasa dari pemenang Equator Prize akan memberikan efek yang meluas di seluruh dunia."

 Baca Juga: Kehadiran Teknologi yang Dapat Meningkatkan Keamanan Pangan dan Ramah Lingkungan

“Pada saat yang sama, banyak dari komunitas ini semakin kehilangan hak-hak mereka karena perampasan tanah, penambangan atau penebangan ilegal sehingga upaya pemulihan dan pembangunan ketahanan harus berusaha untuk meningkatkan hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal,” tambahnya.

 

Pemenang Equator Prize masing-masing akan menerima 10.000 dolar AS dan kesempatan untuk bergabung dengan serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB dan Pekan Iklim Global pada akhir September. Mereka akan bergabung dengan jaringan 245 komunitas dari 81 negara yang telah menerima Equator Prize sejak tahun 2002.

 Baca Juga: Pengemudi Bus dan Truk Perlu Paham,  Perubahan Kondisi Ban dan Asal Usulnya

Equator Prize didukung oleh mantan Kepala Negara Gro Harlem Brundtland dan Oscar Arias, pemenang Hadiah Nobel Al Gore dan Elinor Ostrom, pakar terkemuka Jane Goodall dan Jeffrey Sachs, pemimpin hak-hak adat Vicky Tauli-Corpuz, filantropis Richard Branson dan Ted Turner dan selebritas Edward Norton, Alec Baldwin, Gisele Bündchen dan banyak lagi lainnya. Mitra Equator Initiative termasuk pemerintah Jerman, Norwegia dan Swedia, serta Conservation International, Convention on Biological Diversity, EcoAgriculture, Estee Lauder, Fordham University, the International Union for Conservation of Nature, the Nature Conservancy, PCI Media Impact, Rainforest Foundation Norway, Rare, UNEP, UNDP, UN Foundation, USAID, WWF dan the Wildlife Conservation Society.

 

Para pemenang dipilih dari 583 nominasi dari lebih dari 120 negara oleh Komite Penasihat Teknis independen yang terdiri dari para pakar terkenal internasional. Seleksi ini berdasarkan pada pendekatan berbasis masyarakat yang menyediakan cetak biru untuk replikasi dan peningkatan skala solusi untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati kita.

 

Editor: Shela Kusumaningtyas

Tags

Terkini

Terpopuler