CerdikIndonesia - Kenaikan harga BBM tampaknya tidak hanya merugikan rakyat kecil.
Dampak buruk dari Kenaikan harga BBM juga dirasakan oleh popularitas Presiden Indonesia, Joko "Jokowi" Widodo.
Jajak pendapat publik terbaru menemukan bahwa peringkat persetujuan Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah mencapai 10 poin persentase, sebagai akibat dari keputusan pemerintahannya untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi.
Baca Juga: Banding Dilakukan, Ferdi Sambo Tak Jadi Dipecat dari Polri?
Meski penurunan tersebut yang dikarenakan kenaikan harga BBM belum menjadi penyebab langsung, para ahli mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan oleh Jokowi untuk menjaga peringkat persetujuannya agar tidak jatuh lebih jauh.
Survei Indikator Politik Indonesia, yang mensurvei sekitar 1.200 responden di seluruh negeri antara 5 dan 10 September, dua hari setelah pengumuman kenaikan harga bahan bakar, menemukan bahwa peringkat persetujuan Jokowi sekarang berada di 62,6 persen. \
Angka tersebut merupakan penurunan 9,7 poin persentase untuk peringkat populer Jokowi, yang sebelumnya berada di 72,3 persen, menurut survei Indikator sebelumnya yang dilakukan pada bulan Agustus.
"Nah itu [waktu survei dan isu yang berkembang] kan mampu mempengaruhi penilaian publik masyarakat terhadap kinerja pemerintah, bisa menjadi indikatornya," ujar Irfan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (15/5).
Irfan menyebut naik turunnya hasil survei merupakan hal yang fleksibel. Di saat turun, ada indikasi yang harus dilihat, contohnya situasi pada pelaksanaan survei tersebut.
Ia mencontohkan isu politik presiden tiga periode yang belakangan jadi perbincangan di tengah masyarakat. Irfan menyebut isu tersebut bukan datang dari istana, pemerintah, atau presiden. Melainkan bergulirnya wacana politik di masyarakat.***