Biaya Pendidikan Mahal, Siapkah Anda Jadi Dokter di Indonesia? Begini Kata Tenaga Pendidik

1 September 2022, 23:46 WIB
ilmu kedokteran /pixabay/geralt

CerdikIndonesia - Fakta kondisi biaya Pendidikan di Indonesia sempat menjadi bahan sorotan netizen Indonesia, salah satu jurusan yang termahal itu adalah kedokteran.

Dalam acara yang bertema “Kuliah Mahal, Dokter Kurang?” sempat membahas tentang biaya kuliah di jurusan kedokteran.

Menurut dr. Denta yang juga merupakan dokter Spesialis Anak mengatakan untuk kuliah di jurusan Pendidikan Dokter itu tidaklah murah. Tak hanya dari sisi mahasiswanya saja, dari sisi penyelenggara atau Universitas pun harus keluar biaya yang besar.

Baca Juga: Daya Tampung dan Peminat Prodi Saintek dan Soshum Unpad 2022, Link Resmi Cek Disini

Mereka juga mengatakan bahwa, untuk pengadaan manekin, pihak Perguruan Tinggi harus menggelontorkan biaya hingga mencapai miliaran rupiah.

Ditambah untuk pengadaan teknologi-teknologi kesehatan terbaru yang lebih canggih seperti Augmented Reallity atau Artificial Intellegence.

Mereka merincikan tentang cost pendidikan itu akan ditanggung oleh siapa? Apakah ditanggung oleh mahasiswa sepenuhnya? Atau ditanggung oleh negara. Misalnya pihak Pergurutan Tinggi harus ikut juga menanggung sebagian biaya.

Profesi dokter memang menjadi keinginan banyak masyarakat di Indonesia. Tetapi sampai sekarang ketersediaan tenaga dokter di wilayah Indonesia belum merata dan jumlahnya masih jauh dari standar pelayanan kesehatan yang ideal.

Baca Juga: Pengumuman Seleksi Mandiri UNNES Tahun 2022 Disini: Jadwal Pengumuman dan Berikut Link Cek Hasil Pengumuman

 

Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin jumlah lulusan dokter di Indonesia hanya 12 ribu orang per tahun. Bahkan, jika tidak ada perubahan signifikan, kekurangan dokter itu baru bisa dicapai dalam waktu 10 tahun mendatang karena kekurangan tenaga dokter di Indonesia per Juli 2022 tercatat sebanyak 130ribu orang. 

Penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2022, terdapat mahasiswa berprestasi yang lulus dengan membanggakan pada kedokteran, sayangnya tidak dapat melanjutkan pendidikan karena biaya pendidikan kedokteran yang mahal.

Ironisnya lagi, disaat seseorang memiliki keinginan dan kemampuan untuk meraih pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi tapi terkendala dengan biaya yang sangat mahal.

 Baca Juga: Jurusan Ini Sepi Peminat di Universitas Padjadjaran, Prodi Paling Sepi Peminat SNMPTN di UNPAD Tahun 2022

Sekarang, disparitas dokter spesialis antara kota dan kabupaten pun juga masih tinggi. Berdasarkan data dari Profil kesehatan Indonesia Tahun 2019, perbandingan antara jumlah dokter yang bertugas di daerah 3T dengan jumlah dokter secara nasional dapat mencapai 1: 10. 

 

Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius Kementrian Kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencoba melakukan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) demi mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter di Indonesia.

Komitmen Kemenkes dan Kemendibudristek dalam mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter di Inonesia tersebut juga didukung dengan mempercepat peluang dosen-dosen di rumah sakit pendidikan melalui beberapa inisiatif, seperti pengusulan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) bidang Kedokteran, pemberian penugasan dan bimbingan teknis untuk perguruan tinggi, alokasi beasiswa LPDP, penguatan sistem seleksi mahasiswa, serta penjaminan mutu lulusan kedokteran melalui uji kompetensi.

Baca Juga: Ada Beasiswa Full S2 di UGM Yogyakarta: 14 Prodi Beasiswa, Syarat Penerima Beasiswa dan Cakupan Beasiswa

Secara sistem pendidikan mungkin ini merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan kuantitas dokter di Indonesia. Kita memandang program Kampus Merdeka bisa dijadikan alternatif solusi untuk membantu kebutuhan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan, terutama para korban bencana alam.

Walaupun, mahasiswa yang diberikan peluang tersebut tidak semua berasal dari jurusan kedokteran dan dalam hal penanganan tidak bisa memenuhi standar pengobatan, tapi paling tidak mereka bisa membantu dalam pengobatan sederhana dan tentunya memberikan ‘semangat’ khusus bagi masyarakat yang sakit tersebut.

Dalam psikologi komunikasi, daya tarik seseorang berperan penting dalam membangun komunikasi interpersonal.

Daya tarik juga besar pengaruhnya pada suasana komunikasi yang berkembang. Pada gilirannya ini akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

Disaat mahasiswa mengikuti volunteer dalam kegiatan kemanusiaan memilki atraksi interpersonal tersebut, maka tercipta rasa suka dan nyaman dari lawan bicara. Efek yang ditimbulkan itulah yang menjadi obat paling ampuh untuk mendampingi obat medis ataupun penanganan klinis.

Setiap dokter/perawat harus memiliki sikap harmonis sesuai situasi dan kondisi pasien untuk sekedar menghibur (Sunaryo, 2004). 

Namun, yang menjadi pertanyaan bagi masyarakat warga Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tanpa menempuh pendidikan dokter.

Apakah kita mau berkorban untuk menjadi pembantu dokter bagi sesama manusia yang membutuhkan? Khususnya masyarakat yang hidup di daerah 3T, yang jauh dari jangkauan para tenaga medis yang memadai.

Sama halnya ketika kita diminta melakukan bela negara, kita tidak harus menjadi anggota militer terlebih dahulu. Tidak harus menggunakan senjata. Begitu juga halnya menjadi dokter di Indonesia.

Kita tidak harus menempuh pendidikan kedokteran yang sebenarnya, tetapi dengan modal kemauan dan rasa empati yang tinggi, dibarengi dengan pikiran cerdas maka kita bisa menyisihkan tenaga dan waktu untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan.

Hal ini juga mewujudkan sikap bela negara dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi masing-masing. Maka pertanyaannya, Siapkah Anda jadi ‘Dokter’ Indonesia?

*Nurkhalila Fajrini (Dosen Universitas Terbuka)

 ***

Editor: Safutra Rantona

Tags

Terkini

Terpopuler